Missing You (2016)
Saya sudah kebal, tidak lagi terkejut mendapati betapa buruknya kualitas film-film menyerupai "Missing You". Sekarang aku penasaran, ingin tahu alasan di balik pembuatannya. Kalau demi mencari uang, kenapa filmnya dirilis nyaris tanpa promosi? Mengunggah trailer di YouTube kemudian membiarkannya tidak akan menciptakan film kalian ditonton. Bahkan untuk kasus "Missing You" aku gagal menemukan poster film ini di bioskop tempatnya ditayangkan. Atau mungkin para pembuatnya bukan ingin mencari laba semata, melainkan menyalurkan passion besar terhadap sinema? Ya, tentu saja, dan Michael Bay yaitu Martin Scorsese.
Adegan pembuka mengatakan seorang perempuan tengah mabuk sembari curhat wacana sakit hatinya di depan kamera. Tapi bukan, ia ini bukan Awkarin, melainkan perempuan tanpa nama yang sebelum penonton sempat berkenalan sudah keburu menghilang dari cerita, digantikan oleh satu keluarga kecil yang gres saja pindah rumah. Sam (Santana Sartana) dan istri mudanya, Karina (Dewi Oktaviany) berharap menerima kebahagiaan di rumah gres itu. Sayang, cita-cita tinggal cita-cita lantaran keduanya harus berurusan dengan teror paling mencekam, menegangkan, menyeramkan, yaitu.........Libby (Claudya Indah Lamanna) puteri mereka.
Sungguh Libby ini mengerikan, bukan saja disebabkan mata sayunya, tapi juga tingkah menyebalkan yang akan menciptakan hidup orang renta mana pun bagai mimpi buruk. Saya paham, Libby masih kesulitan mendapatkan janjkematian sang ibu dan ijab kabul kedua ayahnya, tapi menyerupai sempat disinggung oleh Sam, bukankah Libby sendiri menyatakan ia tidak keberatan tatkala sang ayah meminta restu dahulu? Hai gadis remaja, jikalau dirimu belum mampu move on, sampaikanlah itu dari awal pada ayahmu, okay? Begitu dangkal penyampaian "Missing You" wacana imbas dari kedukaan mendalam.
Libby dan naskah hasil goresan pena Peppiona Cheppy yang juga sutradara film ini memang labil. Digambarkan sebagai bocah gloomy, nyatanya Libby punya dua teman yang super heboh (baca: annoying). Anehnya, lagi, dua gadis yang dari karakterisasinya itu seharusnya sering bersenang-senang menganggap aktivitas menari mengikuti musik ala kadarnya di kamar Libby sebagai momen paling mengasyikkan dalam hidup mereka. Janggal memang, sejanggal perubahan perilaku Libby kepada Karina hanya lantaran beberapa baris kalimat bijak dari sang ibu tiri pasca percobaan bunuh diri Libby.
Cara "Missing You" merangkai konklusi memang "ajaib" dengan puncak keajaiban bertempat kala twist berisikan konflik perselingkuhan merangsek masuk, mengubah rasa film dari haunted house horror menjadi slasher. Belum cukup hingga di situ, aku tambah dibentuk tercengang oleh dua hal: coloring yang sempat mendadak berubah di titik puncak tanpa alasan terang serta pengumuman di final film bahwa bakal ada "Missing You Part 2". Yeah, whatever.
Aspek horor sejatinya termasuk salah satu poin terkuat film ini. Bukan berarti bagus, namun ada beberapa momen saat sosok hantu tidak diperlihatkan wajahnya dengan jelas, hanya duduk membisu di sudut ruangan dengan rambut panjang tergerai. That would be creepy in real life. Sayang penyutradaraan Peppiona Cheppy tak bisa memaksimalkan potensi tersebut, asal menampakkan hantu tanpa coba membangun atmosfer, mengakibatkan serangkaian penampakan berujung murahan, tak mengerikan.
Ticket Sponsored by: Bookmyshow ID
Belum ada Komentar untuk "Missing You (2016)"
Posting Komentar