Lights Out (2016)
Kegelapan kerap diidentikkan dengan kengerian, kawasan di mana selubung teror hantu, monster, etc. bersemayam. Mitos kalau hantu bakal menampakkan diri kala cahaya meredup pun wajar, mengingat insan cenderung takut pada hal yang tidak sanggup kita lihat/ketahui. Kepercayaan tersebut dipakai oleh David F. Sandberg sebagai dasar pembuatan "Lights Out", film pendek berdurasi tiga menit rilisan tahun 2013 yang membuat sensasi viral. Film itu pun menarik perhatian James Wan yang merekrut Sandberg guna menyutradarai versi panjang dari "Lights Out". Insting Wan terbukti tepat kala filmnya berujung sebagai salah satu supernatural horror terbaik tahun ini.
Melalui opening yang notabene merupakan perluasan film pendeknya, kita melihat sesosok makhluk misterius bercakar membunuh Paul (Billy Burke) di kawasan kerjanya. Kematian Paul membuat sang istri, Sophie (Maria Bello) terjerumus dalam depresi, menelantarkan puteranya, Martin (Gabriel Bateman) yang masih berusia 10 tahun. Martin sendiri mendapati ibunya sering bicara sendiri dengan sosok tak terlihat berjulukan Diana. Tatkala Diana mulai meneror Martin, ia mendatangi kakaknya, Rebecca (Teresa Palmer) yang telah bertahun-tahun pergi dari rumah pasca final hidup ayahnya (Paul yaitu suami kedua Sophie).
Eric Heisserer selaku penulis naskah tak berlama-lama menyusun introduksi, meminimalisir konflik believer versus skeptical yang acapkali mendominasi first act dari horror bertemakan supranatural. Faktanya, hanya butuh satu malam untuk menempatkan Rebecca dalam teror Diana. Keseluruhan "Lights Out" memang minim basa-basi, pribadi menyoroti pokok permasalahan, bergerak cepat selama durasinya yang pendek (81 menit). Walau begitu, filmnya masih sempat menyuntikkan paparan dramatik kuat untuk ukuran mainstream horror mengenai psikis karakter. Sosok Diana menyerupai perwujudan murung para tokoh, muncul tatkala mereka berada di titik nadir. Progresi alur pun sanggup dilihat sebagai proses karakternya saling menguatkan meski Eric Heisserer tak hingga mencuatkan ambiguitas layaknya "The Babadook" Diana yaitu hantu asli, bukan halusinasi.
Bersenjatakan keseimbangan antara kerapuhan jawaban murung masa kemudian dengan kekuatan dari kasih sayang terhadap keluarga, Teresa Palmer memberi kedalaman, sehingga Rebecca punya lebih banyak dimensi ketimbang banyak protagonis horror di luar sana. Maria Bello melaksanakan perjuangan terbaik menghidupkan gangguan psikis karakternya walau Sophie tolong-menolong pantas menerima eksplorasi lebih jauh. Kekokohan akting mengejutkan disajikan oleh Gabriel Bateman si pemain film cilik yang tampak sampaumur tanpa kehilangan sisi kanak-kanaknya. Sewaktu melakoni adegan dramatis ia sukses menghadirkan kadar emosi dengan takaran sempurna.
Bicara soal tingkat kengerian, "Lights Out" sukses memantapkan status sebagai one of the better mainstream horror in years, serupa pencapaian James Wan sang produser. Dua pertiga durasi khususnya second act memang banyak diisi hal klise a false alarm followed by a real scare yang sejatinya terasa malas dan kurang memaksimalkan potensi keunikan konsepnya. Belum lagi kebingungan dalam menjelaskan konsep itu, membuat pertanyaan besar: apakah Diana mempunyai kemampuan mematikan lampu? Biasanya plot hole serupa bakal saya lupakan, namun untuk kasus "Lights Out" yang coba mengedepankan kesejukan konsep, standar evaluasi pun turut saya sesuaikan (baca: tingkatkan). Terkadang kebodohan laris huruf juga timbul (mencari seseorang di basement gelap) meski sesekali kepintaran ikut hadir (memanggil polisi).
Kekurangan tersebut untungnya bisa dibayar lunas kala film mencapai third act. David F. Sandberg bukan saja sanggup memacu jantung saya melalui kemunculan jump scare yang bertambah efektif berkat kesempurnaan timing serta pembangunan antisipasi, ia berikan pula kreatifitas menarik berupa penggunaan aneka macam metode oleh karakternya guna menjaga biar bermacam jenis cahaya layar handphone, lampu mobil, lilin, etc. tetap menyala. Berpadu sinematografi karya Marc Spicer yang mengkombinasikan aneka macam jenis suasana remang, "Lights Out" has an amazingly scary, intense, and smartly crafted third act.
Belum ada Komentar untuk "Lights Out (2016)"
Posting Komentar