Focus (2015)
Menonton sebuah con movie, kita tahu bahwa akan ada twist berlapis, kejutan sebagai bentuk tipu menipu karakternya. Hal itu cukup esensial dan berpotensi berpengaruh menjadi kelebihan. Siapa yang tidak suka dengan twist bagus? Tapi disisi lain bisa juga menjadi kelemahan, alasannya ialah penonton sudah tahu akan ada kejutan, bahkan mungkin bisa memprediksi kapan kejutan itu muncu meski tidak tahu wujud pastinya. Hal serupa terjadi pada Focus karya Glenn Ficarra dan John Requa. Iringan musik r&b serta gemerlap kota malam hari membuka filmnya, mengingatkan aku bahwa ini akan menjadi tontonan stylish penuh uang dan huruf dengan setelan jas rapih melaksanakan pencurian. Nicky (Will Smith) ialah con-man veteran yang menerima keahlian menipu secara turun temurun dari ayah dan kakeknya. Suatu malam ia bertemu dengan Jess (Margot Robbie), penipu amatir yang berusaha mencuri dari Nick. Tentu saja agresi Jess terbongkar dengan mudah. Mengetahui kemampuan Nick, Jess memintanya untuk menjadi mentor sekaligus mengikutkannya dalam kelompok Nick.
Jangan berharap film ini ada di level yang sama dengan Ocean's Eleven. Seperti yang disebutkan oleh Nick, modus operandi mereka lebih kearah barang "kecil-kecilan" ibarat jam tangan, perhiasan atau dompet tapi dalam jumlah banyak. Tidak ada agresi perampokan bank terstruktur bernilai ratusan juta dollar. Memilih bermain pada skala sedang merupakan keputusan tepat, menciptakan ceritanya tidak hingga too big to handle. Meski bukanlah film cerdas, resiko kebodohan alasannya ialah ambisi narasi/trik yang terlalu besar juga sukses diminimalisir. Keasyikan film ini memang terletak pada trik yang dipergunakan karakternya untuk mencuri. Mulai dari trik sederhana dengan mengalihkan perhatian korban hingga trik yang lebih besar ibarat pada thrid act-nya. Menyenangkan, hanya saja Focus terlalu banyak menampilkan twist, dan melupakan hal lain ibarat kisah maupun huruf untuk dieksplorasi lebih dalam. Karena itu fim ini punya dilema ibarat yang aku sebutkan di atas.
Saya tahu akan ada twist dan lebih fatalnya, aku tahu kapan kejutan itu akan hadir. Sebagai referensi ketika ada huruf yang kalah taruhan, aku tahu itu bab dari rencana dan ia akan menang. Yang tidak aku tahu ialah bagaimana rencana itu dijalankan. Secara timing bisa ditebak, tapi detail eksekusinya tidak. Pada akhirnya, Focus tidak lagi punya alur yang shocking tapi masih sangat menyenangkan. Ibaratnya kau tahu akan menerima hadiah kejutan. Kamu tidak lagi terkejut menerima itu, tapi masih bersemangat untuk mengetahui apa isi hadiahnya. Untuk itu, pengungkapan yang diberikan film ini untungnya tidak pernah mengecewakan. Kuncinya masih pada kesederhanaan. Trik yang digunakan cenderung kearah permainan psikologis, kecepatan, dan tentunya manipulasi fokus. Tidak ada trik yang terlalu over-the-top dan justru mengurangi daya tarik ibarat Now You See Me misalnya.
never.....lose.....focus.....agh, fuck it!!! |
Pusat kisah ada pada sosok Nick dan Jess. Sesungguhnya mereka berdua tidak mempunyai huruf kuat. Nick punya potensi, alasannya ialah dibalik kecerdasannya ia gemar bertaruh dan gampang terbawa perasaan yang mendistraksi profesionalisme kerja. Tapi semua itu tertutup dengan gimmick berupa twist. Sedangkan Jess tidak lebih dari pemanis. Karakter cukup dangkal, tapi film ini punya Will Smith dan Margot Robbie. Keduanya tidak menghadirkan akting kelas Oscar, tapi mengandalkan kharisma masing-masing. Berusia hampir 50 tahun nyatanya tidak mengurangi pesona Will Smith yang tepat menghantarkan sosok laki-laki berakal dan berwibawa. Sedangkan Margot Robbie dengan kecantikan dan sensualitas akan menciptakan penonton laki-laki kehilangan fokus dan otomatis menyukai karakternya, sama ibarat para korban penipuan dalam film ini. Robbie ialah aktris yang bisa menyulap senyuman biasa tanpa makna lebih dalam karakterisasi menjadi pesona luar biasa. Penolong lain pada dua huruf ini ialah fakta bahwa mereka seorang penipu, yang tiap langkah dan perkataannya tidak bisa 100% dipercaya. Kaprikornus akan terjadi banyak tebak-tebakan dalam benak penonton perihal isi pikiran mereka yang sesungguhnya.
Focus memang menyenangkan dengan semua tipu dayanya. Satu lagi faktor hiburan ialah sentuhan komedi yang hadir lewat lontaran kalimat dua tokoh utama. Permasalahan terjadi saat Glenn Ficarra dan John Requa seolah tidak bisa memilih tone yang pasti. Kadang filmnya terasa ibarat hidangan serius dengan romansa rumit perihal dua penipu yang tidak bisa saling percaya. Tapi terkadang ada adegan yang tidak jela apakah diniati sebagai banyolan atau hanya kekonyolan menggelikan yang tidak disengaja. Sebagai contoh, sebuah adegan ketika Nick tiba-tiba ada di depan pintu kamar Jess. Keduanya kemudian bercumbu, berafiliasi seks. Adegan itu diiringi musik dari saxophone yang dengan gampang mengingatkan penonton pada adegan di film porno. Menggelikan dan cheesy, tapi aku tidak menangkap perjuangan sengaja untuk menyebabkan itu sebagai lelucon. Tapi dengan segala kekurangannya, Focus tetap berhasil menggaet fokus penonton dengan segala agresi kecerdikan bulus menyenangkan meski timing kejutannya predictable. Tidak ibarat para korban, semakin berhasil ditipu, semakin terpuaskanlah saya. Lebih menyenangkan lagi alasannya ialah film ini juga menandai kembalinya Will Smith dalam film serta akting bagus sehabis kekacauan di After Earth.
Belum ada Komentar untuk "Focus (2015)"
Posting Komentar