Mary Poppins Returns (2018)

Sebagai musikal, Mary Poppins Returns yaitu throwback lengkap bagi musikal oldskul Hollywood, khususnya judul-judul dari dapur Disney. Musik ceria, lirik lugu, hingga tarian di dalam studio yang mereka ulang sudut-sudut kota jadi beberapa pola karakterisasi. Mungkin takkan sepenuhnya memuaskan selera penonton sekarang,  tapi mereka yang familiar niscaya bakal mengapresiasi pencapaian Rob Marshall (Chicago, Memoirs of Geisha, Into the Woods) dan timnya. Tapi sebagai kisah soal hubungan ayah-anak beserta proses mencar ilmu masing-masing pihak, naskah karya David Magee (Finding Neverland, Life of Pi) kurang cermat dalam mengawinkan narasi dengan lagu. Alhasil, Mary Poppins Returns tak hingga memancing saya berujar, “Supercalifragilisticexpialidocious”.

Mengambil latar 25 tahun pasca film pertama, Jane (Emily Mortimer) dan Michael (Ben Whishaw) kini telah dewasa. Michael bahkan mempunyai tiga anak: Georgie (Joel Dawson), Annabel (Pixie Davis), dan John (Nathanael Saleh). Michael mesti merawat ketiganya sendiri pasca janjkematian sang istri yang amat memukulnya, memperbesar tekanan di tengah kurun Great Depression. Puncaknya ketika dia gagal melunasi hutang kepada bank dan terancam kehilangan rumah apabila tidak membayar dalam lima hari.

Saat itulah Mary Poppins (Emily Blunt) kembali guna “menawarkan” jasa mengasuh ketiga anak Michael, menarik mereka menuju proses pembelajaran perihal aspek-aspek kehidupan melalui lagu-lagu dan petualangan ajaib, sembari membantu sang ayah memenangkan rumahnya lagi.Turut serta pula Jack (Lin-Manuel Miranda), seorang lamplighter yang serupa Bert (Dick Van Dyke) di film pertama, merupakan sosok yang memahami kejaiban Mary Poppins.

Bila Bert mempunyai aura misterius nan asing menyerupai Mary Poppins—yang ditunjukkan oleh bermacam-macam identitasnya sepanjang film—Jack sedikit membingungkan. Dia sanggup muncul tiba-tiba di aneka macam lokasi, namun sosoknya tak sebegitu “out-of-this-world”, khususnya ketika film ini memberinya subplot romansa dengan Jane, yang urung memberi dampak kepada plot utama. Beruntung, Mary Poppins masih sosok yang sama: pengasuh tegas yang selalu tersenyum, mengagumkan dan gemar mengagumi diri sendiri melalui cermin serta lagu. Bisa dipahami, alasannya yaitu memang gampang untuk kagum terhadapnya berkat Emily Blunt yang bagai menuangkan sihir ke dalam penampilannya.

Sebagai sutradara musikal veteran, Rob Marshall paham mesti berbuat apa. Beberapa sekuen fantasi akan membuatmu terpana berkat pengadeganan imajinatif plus keceriaan efek visual. Pada latar lebih “realistis”, Marshall tahu cara mengkreasi nuansa musikal klasik, sembari menyelipkan referensi untuk film pertama. Hal serupa dilakukan Marc Shaiman (When Harry Met Sally...,Sleepless in Seatlle, Hairspray) dalam musik buatannya. Referensi terhadap lagu-lagu macam A Spoonful of Sugar dan Let’s Go Fly a Kite bisa didengar, meski hasil akhirnya, baik soal komposisi nada atau lirik, masih berada di bawah bayang-bayang kejayaan aneka macam nomor ikonik tersebut, pun dengan daya bunuh tak seberapa kuat.

Tapi adegan musikalnya tak semudah itu menggerakkan perasaan akhir ketidakmampuan naskahnya bercerita lewat lagu. Mata saya terpuaskan, tapi hati ini, seringkali tetap dingin. Dalam musikal yang baik, lagu dipakai untuk mewakili proses memecahkan persoalan. Tapi dalam Mary Poppins Returns, duduk kasus yang perlu dipecahkan tampak buram. Sulit memahami konflik apa yang terjadi sebelum lagunya menyuguhkan jalan keluar. Rasanya kolam mendengarkan seseorang memberi solusi panjang lebar untuk kasus yang kita sendiri tidak tahu sedang kita hadapi.

Setidaknya sebagai sajian selama masa liburan, Mary Poppins Returns tetap mengasyikkan dinikmati. Visual ceria, akting lovable Emily Blunt yang berpeluang memberi sang aktris nominasi Oscar perdana (andai bisa mengalahkan Yalitza Aparicio di Roma dalam perebutan sisa slot nominasi), juga kemunculan singkat namun menghibur dari Meryl Streep dengan tingkah eksentrik dan aksen Eropa Timurnya, cukup untuk melunasi waktu dan uang yang anda luangkan.

Belum ada Komentar untuk "Mary Poppins Returns (2018)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel