The Host (2006)

Sudah beberapa kali saya berniat menonton film berstatus "paling laku sepanjang masa di Korea" ini di televisi tapi selalu berhalangan dan kesudahannya hanya menonton tidak hingga 20 menit durasinya. Hingga pada kesudahannya sesudah saya dibentuk kagum oleh film-film Bong Joon-ho lainnya ibarat Memories of Murder dan Mother, saya kesampaian juga untuk menonton The Host. Saya sendiri kembali tertarik menonton film ini alasannya faktor Bong Joon-ho. Pada tahun 2013 ini, Bong Joon-ho menjadi sutradara Korea ketiga yang mendapat kesempatan melakoni debut di Hollywood sesudah sebelumnya Kim Ji-woon dan Park Chan-wook menghasilkan The Last Stand dan Stoker yang bagus secara kualitas tapi mengecewakan ditinjau dari raupan dollar yang didapat. Bong Joon-ho sendiri memulai debut dengan Snowpiercer yang beberapa waktu kemudian telah diputar di Korea dan mendapat kesuksesan besar dimana hingga ketika ini film tersebut telah ditonton lebih dari enam juta penonton dan berada di urutan 23 dalam daftar film terlaris di Korea. Sembari menunggu film tersebut rasanya tidak ada salahnya untuk menengok kembali The Host yang juga dianggap sebagai salah satu film kaiju (film monster) terbaik yang pernah ada.

Di tahun 2000 seorang ilmuwan Amerika menyuruh bawahannya yang merupakan orang Korea untuk membuang 200 botol formalin ke jalan masuk pembuangan yang mengalir ke Sungai Han hanya alasannya ia tidak suka melihat botol-botol yang penuh dengan debu tersebut. Maka dibuanglah cairan-cairan kimia berbahaya tersebut ke Sungai Han. Enam tahun kemudian kita diajak berkenalan dengan Park Gang-du (Song Kang-ho) yang bersama ayahnya membuka sebuah perjuangan warung makanan kecil-kecilan. Dari awal terlihat bahwa Gang-du tidak lebih dari seorang laki-laki berilmu balig cukup akal yang kurang pandai dan lebih suka bermalas-malasan. Gang-du sendiri mempunyai seorang puteri yang hampir menginjak usia remaja, Hyun-seo (Go Ah-sung). Suatu hari disaat tengah melayani pelanggan, Gang-du dan orang-orang di sekitar Sungai Han melihat sebuah benda abnormal tergantung di jembatan. Benda misterius tersebut ternyata sebuah monster mengerikan yang nampak ibarat mutasi binatang laut. Monster itupun mulai menyerang orang-orang yang ada disana, termasuk Hyun-seo.

Tanpa ragu-ragu Bong Joon-ho sudah menunjukkan wujud monsternya secara positif sedari menit-menit awal. Tidak ibarat dominan film monster ibarat Cloverfield contohnya yang gres menunjukkan sosok monsternya di pertengahan atau bahkan titik puncak film, itupun dalam kondisi malam hari ataupun hujan deras, monster dalam The Host pribadi muncul secara positif di paruh awal dan itu ialah siang hari di kawasan umum. Banyak sutradara yang lebih menentukan menciptakan monsternya misterius semoga atmosfir ketegangan lebih terasa dan juga khawatir jikalau kengerian monsternya akan berkurang jikalau terlalu sering diumbar. Hal itu memang ada benarnya, namun apa yang dilakukan Bong Joon-ho jauh lebih andal lagi alasannya meskipun monsternya muncul berkali-kali di siang bolong terornya tetap terasa. Bahkan kemunculan pertama sang monster disaat filmnya belum hingga setengah jam bisa menghadirkan sebuah ketegangan sekaligus kengerian yang luar biasa. Lewat adegan creepy ketika monster itu bergelantungan kemudian menceburkan diri ke air hingga pada kesudahannya sang monster melaksanakan pembantian terhadap orang-orang, Bong Joon-ho berhasil memperkenalkan monsternya pada penonton dengan begitu efektif.
Satu hal yang biasanya mengecewakan saya ketika menonton film monster ialah fakta bahwa monsternya jauh lebih menyeramkan ketika masih belum nampak secara jelas, tapi malah terasa menggelikan ketika wujudnya sudah terlihat jelas. Sedangkan dalam The Host, monsternya tetap terlihat menyeramkan sekaligus menjijikkan walaupun sudah muncul secara terang berulang kali. Memang jikalau dilihat kini imbas CGI yang digunakan tidak lagi terasa halus, tapi saya tidak peduli alasannya melihat si monster bergelantungan kemudian melompat kearah korbannya akan selalu terasa mengerikan bagi saya. Desain monsternya yang bagaikan mutasi dari binatang amfibi juga makin menambah kesan jijik sekaligus menakutkan pada sosoknya. Ukurannya memang tidak sebesar monster-monster pada film lain tapi aksinya jauh lebih menyeramkan. Bagaimana tidak? Jika monster lain berjalan biasa, monster ini bergelantungan dengan ekornya, dan bagi saya itu luar biasa menjijikkan...dan mengerikan.

Tapi The Host tidak hanya bisa tampil menakutkan saja, alasannya diluar dugaan film ini juga diisi oleh banyak momen komedi. Komedinya pun bukan asal ceplos saja, alasannya hampir semuanya berhasil menciptakan saya tertawa. Selalu saja ada cara yang dilakukan film ini untuk menciptakan saya tertawa bahkan disaat yang serius dan menegangkan sekalipun. Ada sebuah adegan yang bisa menciptakan saya tertawa terpingkal-pingkal hanya untuk dibentuk terbungkam selang beberapa detik kemudian alasannya adegannya berubah dari adegan konyol menjadi adegan yang tragis hanya dalam hitungan detik. Bahkan momen klimaksnya yang begitu intense dan dibalut dengan slo-mo keren itupun masih sempat diisi oleh humor konyol yang lagi-lagi berhasil menciptakan saya tertawa sembari bersumpah serapah. Kebanyakan humornya berasal dari tingkah masing-masing karakternya yang mempunyai penokohan yang begitu kuat. Kita punya aksara utama Gang-du yang bodohnya luar biasa hingga tidak bisa menghitung jumlah peluru yang ia tembakkan, hingga aksara Nam-joo yang sekilas ialah perempuan manis yang serba bisa sebagai atlet panah tapi sebetulnya ialah orang yang lambatnya tidak tertolong lagi.

Disamping pengemasannya yang sukses menggabungkan drama, horror dan komedi, The Host sesungguhnya mempunyai muatan politik atau setidaknya sindiran terhadap beberapa otoritas yang cukup terasa dalam filmnya. Mulai dari sosok ilmuwan Amerika yang dengan alasan yang begitu udik memerintahkan seorang warga Korea untuk membuang limbah ke sungai, penyembunyian fakta wacana virus yang dilakukan oleh pihak militer Amerika, hingga momen klimaksnya yang menunjukkan sang monster dilempari dengan bom molotov dan seolah terlihat ibarat pendemo yang sedang menyerang pihak yang menjadi objek demonstrasi. Ya, ini ialah sebuah kritikan mengenai pihak asing atau lebih tepatnya kepada Amerika Serikat. Dalam kenyataannya, pada tahun 2000 memang pemilik perusahaan pemakaman di Korea yang juga bekerja bagi militer Amerika pernah membuang formalin dalam jumlah besar ke jalan masuk pembuangan di Seoul. Tapi pada kesudahannya dengan atau tanpa unsur satir politik tersebut The Host tetap merupakan sebuah suguhan yang begitu mengesankan dan jarang saya temui, dimana sebuah film bisa menyajikan kengerian, ketegangan, kelucuan serta drama yang menyentuh secara bersamaan dalam porsi yang seimbang. Hebatnya lagi film ini ditutup dengan sebuah bittersweet ending yang menyentuh...dan saya masih belum percaya film ini berakhir ibarat itu. 

Belum ada Komentar untuk "The Host (2006)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel