Mission: Impossible - Rogue Nation (2015)

Bahkan sedari adegan pembuka, Rogue Nation sudah mengatakan segala hal yang dibutuhkan penonton hadir dalam Mission: Impossible. Usaha menyusup secara rahasia memanfaatkan alat canggih ala serial televisinya dulu yang oleh lima versi layar lebar ditambah suntikkan adegan aksi, hingga stunt gila dari Tom Cruise yang walau sudah berusia 53 tahun tidak sedikitpun memperlihatkan tanda ingin "bermain aman". Semua pertunjukkan itu sudah menjadi faktor paling dinantikan dalam franchise ini, dan seluruhnya terangkum dalam adegan ketika Ethan Hunt (Tom Cruise) harus bergelantungan (secara sungguhan) di airbus yang telah mengudara. Kemudian sesaat sesudah Ethan nekat meluncur keluar dari pesawat membawa gas saraf, theme song dari Mission: Impossible langsung menghentak, menjadi epilog dari opening yang luar biasa. 

Berbagai ciri di atas khususnya stunt dari Cruise menjadi begitu penting sebagai faktor pembeda di tengah makin maraknya franchise film agresi besar lain macam James Bond hingga Jason Bourne. Tapi apakah melakoni adegan agresi berbahaya tanpa pengganti dan banyak campur tangan green screen masih memberi imbas lebih pada kurun dimana CGI sudah begitu maju? Nyatanya masih. Karena secanggih apapun imbas komputer, tetap ada sekat yang menghalangi penonton untuk bisa sepenuhnya merasa bahwa yang mereka lihat bukan sekedar kepalsuan visual. Perasaan "palsu" itu kuat besar pada keasyikan menonton dimana intensitas adegan akibatnya tidak hadir maksimal. Tapi tengok ketika Tom Cruise bergantungan di Airbus, ketika beliau terlibat kejar-kejaran di atas motor, atau ketika harus menyelam dan menahan nafas selama tiga menit demi sebuah long take yang terasa menegangkan berkat pengemasan mumpuni dari sutradara Christopher McQuarrie. Terdapat ketegangan yang konsisten hasil dari kesan positif dalam rangkaian action sequences yang tidak realistis tersebut.

Tom Cruise menerangkan diri sebagai action hero terbaik ketika ini berkat kombinasi kharisma kuat dan disaat bersamaan tetap mengakibatkan Ethan Hunt sebagai insan biasa yang bisa mencicipi takut dan sakit. Cruise sebagai Ethan bukanlah "jagoan robot" tanpa ekspresi macam karakter-karakter Jason Statham. Bahkan di beberapa cuilan Cruise sanggup melakoni adegan komedik meski tetap bermodalkan tampilan cool Ethan Hunt. 
Tapi tidak hanya sang pemain drama utama, sebab Rebecca Ferguson sebagai Ilsa Fraust yang misterius juga mencuri perhatian sebagai heroine tangguh. Ilsa terperinci bukan hanya pemanis. Dia bisa mengalahkan banyak laki-laki dengan banyak sekali cara, mulai dari tangan kosong hingga memakai sepeda motor. Karakternya yang terjebak dalam posisi dilematis dua pihak berlawanan pun membuat kedalaman yang masih jarang kita temui ada pada aksara pendukung perempuan dalam film aksi. 

Sebagai sajian action, Rogue Nation terlihat menonjol sebab semua adegan aksinya layak disebut sebagai yang terbaik. Tidak ada satupun yang hanya berakhir menjadi "pengisi kekosongan". Masing-masing digarap dengan maksimal dan mempunyai kelebihan-kelebihan di atas. Disaat Cruise bersinar dan melakoni adegan gila, Christopher McQuarrie tahu benar bagaimana mengakomodir kegilaan sang aktor. Dengan santunan sinematografer Robert Elswit, Quarrie tahu benar bahwa agresi Cruise akan percuma kalau gerak kameranya tidak membuat kesan "real", dan akibatnya kesan itu pula yang berhasil disajikan. 
McQuarrie tidak hanya mengakibatkan Rogue Nation sebagai panggungnya melemparkan rentetan adegan aski terbaik yang pernah ia buat, tapi juga bukti kemampuannya dalam menuliskan naskah. Melibatkan konspirasi antara banyak sekali organisasi espionage macam IMF, CIA dan MI6, film ini bisa saja menjadi tontonan dengan kerumitan berlebih menyerupai The Bourne Legacy misalnya. Tapi naskah goresan pena Quarrie berhasil dengan baik berkat keputusannya untuk tidak terlalu ambisius melemparkan banyak sekali hal ke dalamnya. Penonton bisa dengan gampang mencerna plot-nya yang bertutur wacana kehadiran organisasi misterius berjulukan "Syndicate" yang bahkan keberadaannya dianggap tidak nyata. Organisasi tersebut memasang jebakan yang membuat IMF akibatnya dibubarkan, dan Ethan pun menjadi buron internasional. Daripada hanya kabur, Ethan menghabiskan enam bulan untuk melacak keberadaan "Syndicate". Disisi lain ada pula sosok Ilsa Fraust, seorang double agent yang selalu membuat saya bertanya-tanya ada di pihak mana beliau sebenarnya.

Cerita itu dituliskan dengan solid oleh McQuarrie, sehingga saya tidak perlu merasa pusing oleh dongeng yang terlalu rumit. Ada misteri serta konspirasi kompleks tapi tidak hingga menjadi distraksi. Penonton pun bisa nyaman menikmati hiburan adegan agresi sambil tetap bisa memahami alurnya. Tidak hanya rapih, berkat lapisan-lapisan konspirasinya itu Rogue Nation jadi mempunyai beberapa twist yang sanggup mengatakan "sengatan" pada dinamika cerita. Disini pun kita diberikan sosok villain yang cukup solid dalam diri Solomon Lane (Sean Harris). Lane dengan strategi briliannya sanggup merepotkan Ethan dan selalu berada satu langkah di depan sang agen, mengakibatkan "perlombaan" diantara mereka semakin berimbang dan intens. 

Rogue Nation menjadi pembuktian bahwa franchise ini sukses menuntaskan impossible mission mereka sendiri, adalah tetap menyuguhkan sajian menghibur meski telah mencapai installment kelima. Tidak perlu set piece yang bombastis, hanya dengan pengarahan taktis nan efektif dari sang sutradara, maka terciptalah tontonan espionage menegangkan dengan intensitas yang selalu terjaga dari awal hingga akhir. 



Belum ada Komentar untuk "Mission: Impossible - Rogue Nation (2015)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel