Battleship Potemkin (1925)

Film propaganda memang seringkali menuai kontroversi alasannya ialah kontennya. Penyebab kontroversi biasanya hadir alasannya ialah sudut pandang mengenai sesuatu atau seseorang yang seringkali sepihak, berlebihan bahkan tidak jarang penuh kepalsuan. Semisal sebuah film propaganda wacana anti-Nazi maka film tersebut akan mengeksploitasi keburukan-keburukan Nazi, menyelipkan hiperbola dan dengan cara apapun berusaha membuat mereka tampak sebagai sosok yang harus dimusnahkan. Namun dibalik segala kontroversi tersebut, film-film propaganda biasanya mempunyai satu nilai plus yang amat berpengaruh yakni totalitas. Setidaknya hingga ketika ini saya belum pernah menemukan film propaganda yang digarap setengah-setengah apalagi asal-asalan. Di Indonesia sendiri, teladan terbaik untuk film tersebut ialah Pengkhianatan G 30 S/PKI (review). Battleship Potemkin karya Sergei Eisenstein ini sendiri tidak hanya sering disebut sebagai film propaganda terbaik yang pernah dibentuk tapi juga salah satu film terbaik sepanjang masa. Mengambil setting tahun 1905, film ini membawa pesan mengenai keburukan rezim Tsar yang penuh dengan ketidak adilan.

Battleship Potemkin seperti judulnya merupakan dramatisasi dari kisah faktual yang terjadi pada tahun 1905 ketika para kru Potemkin melaksanakan pemberontakan terhadap atasan-atasan mereka. Pemberontakan tersebut didasari oleh perasaan yang sama diantara para kru wacana perlakuan semena-mena yang mereka terima. Mereka selalu mendapatkan masakan yang tidak layak menyerupai daging busuk yang sudah dipenuhi belatung. Bahkan ketika tidur pun mereka sering mendapatkan tindak kekerasan dari atasan mereka sebagai bentuk pelampiasan rasa kesal mereka. Merasa sudah cukup mendapatkan semua itu, mereka pun setuju melaksanakan perlawanan yang dipimpin serta diprakarsai oleh Grigory Vakulinchuk (Aleksandr Antonov). Pada kesannya perlawanan yang terjadi diatas kapal perang tersebut justru menginspirasi rakyat-rakyat Russia dan terjadilah perlawanan yang lebih besar yang bahkan berujung juga pada pembantaian yang terjadi di Odessa. 
Bicara soal pembantaian di Odessa, gotong royong hal itu tidak pernah terjadi dan hanyalah satu dari beberapa dramatisasi yang diselipkan oleh Sergei Eisenstein dalam filmnya ini. Tapi alasannya ialah pengemasan Eisenstein yang begitu berpengaruh terhadap adegan tersebut, tidak hanya pesan propagandanya berhasil tersampaikan, tapi banyak juga orang yang meyakini bahwa pembantaian itu benar-benar terjadi. Tujuan Eisenstein untuk menawarkan kejamnya rezim Tsar memang berhasil khususnya lewat adegan pembantaian tersebut. Adegan yang dikenal sebagai  "The Odessa Steps' itu memang sukses menawarkan bagaimana kekejaman prajurit Tsar yang tanpa ampun membantai kerumunan orang-orang tak berdosa yang tengah menyambut kedatangan para kru Potemkin. Sosok prajurit-prajurit Tsar sama sekali tidak pdiperlihatkan wajahnya melainkan hanya sekumpulan pasukan yang berbaris rapih dan tidak pernah berhenti menembakkan senapan mereka bahkan kearah anak kecil dan ibunya yang tak berdaya. Banyak gambar-gambar yang terasa begitu "horor" disini menyerupai kereta bayi yang jatuh menuruni tangga Odessa atau ketika seorang suster tertembak di kepalanya. Adegan yang disebut terakhir bahkan menginspirasi pelukis Francis Bacon dalam membuat karyanya. Lengkaplah The Odessa Steps sebagai momen yang penuh kengerian dan ketegangan.
Walaupun menampilkan kengerian dan kekejaman, Battleship Potemkin juga mempunyai gambar-gambar indah garapan sinematografer Eduard Tisse. Saya yang memang masih terhitung minim pengalaman menonton film-film bisu kala 1920-an dibentuk terkagum-kagum mendapati fakta bahwa pada masa tersebut sudah ada film yang mempunyai sinematografi seindah ini meski tentu saja dipenuhi keterbatasan dalam pembuatannya. Tidak hanya sinematografi, saya pun menyukai setting filmnya. Disamping lagi-lagi setting Odessa yang ikonik itu, set kapal perang Potemkin pun mengesankan. Semuanya detail dan begiu realistis. Hal itulah yang makin membuat Battleship Potemkin efektif sebagai sebuah film yang menggambarkan kejadian sejarah nyata. Keberhasilan segi teknis film ini pada kesannya sanggup membuat saya tidak peduli bahwa ini ialah film propaganda yang adegan terbaiknya hanyalah dramatisasi belaka, bukanlah sebuah reka ulang kejadian yang nyata. Hal inilah yang memang menjadi sebuah tolak ukur keberhasilan sebuah film propaganda, yaitu disaat penonton hingga sanggup secara tidak sadar mencicipi bahwa semuanya faktual dan "menyetujui" ide-ide yang dimasukkan oleh pembuat filmnya.

Meskipun dikemas sebagai film bisu, Battleship Potemkin tidak hingga membuat saya tersesat dalam mengikuti ceritanya. Rangkaian teks yang memberi klarifikasi wacana dialog, identitas karakter, dan deskripsi kejadian sanggup menjelaskan semuanya dengan detail tanpa perlu sering muncul dan mengganggu intensitas adegan. Terkadang saya terganggu dengan kemunculan teks dalam film bisu, alasannya ialah seringkali mengganggu intensitas adegan, tapi film ini sanggup meminimalisir penggunaan teks tersebut tanpa harus membuat penontonnya kebingungan wacana kejadian yang tengah terjadi. Pada kesannya Battleship Potemkin memang film propaganda terbaik yang pernah saya tonton. Dipenuhi dengan gambar-gambar ikonik yang amat powerful selesai menonton film ini anda akan mencicipi horor dan kengerian tapi disaat bersamaan meninggalkan semangat menggebu untuk melawan tirani yang berkuasa dengan mengedepankan penindasan serta ketidak adilan.

Belum ada Komentar untuk "Battleship Potemkin (1925)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel