Riddick (2013)


Pitch Black yang dirilis tahun 2000 kemudian mungkin bukan sebuah mega box office hit, tapi film tersebut sanggup menjadi sebuah cult film yang mempunyai banyak pengikut. Tidak hanya itu, Pitch Black juga berhasil memperkenalkan sosok Vin Diesel sebelum karenanya franchise Fast & Furious mengakibatkan namanya sebagai salah satu pemain film langgar nomor satu Hollywood. Empat tahun kemudian dirilislah The Chronicles of Riddick yang punya bujet jauh lebih besar dan mengandalkan banyak adegan agresi berbalut CGI. Namun sayangnya film kedua tersebut justru menciptakan franchise ini mati suri jawaban pengemasannya yang jauh berbeda dan lebih action-oriented daripada film pertamnya. Jika Pitch Black lebih bersahabat kearah Alien milik Ridley Scott yang mengedepankan perjuangan karakternya untuk bertahan hidup dari horor yang terjadi maka The Chronicles of Riddick yaitu perjuangan untuk "menjadi" menyerupai Star Wars. Namun hasil karenanya luar biasa buruk. Kritikus mencaci film itu dan pendapatan Box Office-nya mengcewakan. Sembilan tahun kemudian barulah Riddick dihidupkan kembali. Masih disutradarai David Twohy dan dibintangi Vin Diesel, film ketiganya ini menjanjikan atmosfer yang kembali ke dasar menyerupai Pitch Black.

Lima tahun sesudah even di The Chronicles of Riddick, sang anti-hero sekaligus burnonan berbahaya Richard B. Riddick gres saja digulingkan dari tahtanya sebagai Lord Marshall dan tengah terjebak di sebuah planet misterius tak berpenghuni. Disana ia kembali harus bertahan hidup sendiri dari ancaman aneka macam macam makhluk ganas yang menghuni planet gersang tersebut. Menyadari bahwa ia harus segera pergi dari planet tersebut, Riddick "memancing" para bounty hunter untuk tiba kesana dengan tujuan mengambil pesawat mereka. Tidak perlu waktu usang datanglah dua pasukan bounty hunter yang dipimpin oleh Santana (Jordi Molla) dan Johns (Matthew Nable). Santana tiba untuk mendapat kepala Riddick, sedangkan Johns tiba dengan sebuah misi tersembunyi lainnya. Maka terjadilah saling buru antara kedua pihak tersebut dengan Riddick, tanpa mereka sadari bahwa ada ancaman lain yang jauh lebih mengancam di planet tersebut.

Sangat terlihat perjuangan dari David Twohy untuk mengakibatkan Riddick sebagai lanjutan Pitch Black dan menghilangkan The Chronicles of Riddick dari memori para penontonnya. Mulai dari narasi yang dari Riddick yang menyatakan bahwa ia telah menjadi "lembek" dan ingin kembali menjadi dirinya yang lama, yang jauh lebih sadis dan brutal mengindikasikan bahwa Riddick yang muncul di film ketiga ini yaitu Riddick sang anti-hero sadis yang tidak ragu membunuh siapa pun untuk menjalankan misinya dan untuk bertahan hidup, persis menyerupai Riddick yang kita kenal di Pitch Black. Atmosfer yang dibangun pun terasa lebih gelap dan kelam. Menit-menit awalnya tidak mempunyai banyak obrolan dan tidak mengumbar ledakan-ledakan. Film ini pun tidak ragu untuk menawarkan suasana layaknya film horor yang banyak mengumbar pencahayaan minim, adegan-adegan sadis yang mempunyai tingkat gore tidak mengecewakan dan tentunya aneka macam monster mengerikan yang begitu mengancam. 
Riddick memang lebih berfokus pada bagaimana perjuangan bertahan hidup yang dilakukan oleh para karakternya khususnya Riddick. Tidak terlalu banyak pengembangan huruf tapi bagi saya apa yang disajikan oleh Dawid Twohy disini sudah cukup memuaskan. Berbagai adegan agresi dihukum dengan cukup baik sampai terasa cukup seru dan menegangkan. Sosok Riddick yang kembali tampil misterius dan mengerikan juga menjadi poin utama film ini, menjadikannya sebagi salah satu anti-hero paling keren yang pernah ada dalam film. Kisah wacana para pemburu yang berbalik jadi sosok yang diburu bukan lagi hal gres tapi masih menjadi sebuah hiburan dan aspek yang menyenangkan untuk diikuti. Mungkin hal yang paling mengganggu yaitu rentetan dialognya yang seringkali terasa konyol serta selipan humor-humor kurang cerdik yang seringkali terasa garing. Tapi saya sanggup memaklumi selama Riddick sanggup menawarkan hiburan menegangkan lewat agresi seorang Richard B. Riddick.

Jelas ini bukan sebuah tontonan yang spesial. Apa yang dilakukan David Twohy tidak lebih dari sebuah perjuangan main kondusif dengan mengambil aneka macam unsur dalam Pitch Black. Tapi ini yaitu hal yang penting dan layak dilakukan untuk memperkenalkan lagi sosok Riddick yang bekerjsama kepada penonton kini sesudah "dipermalukan" dalam The Chronicles of Riddick. Bahkan sebagai tambahan, ada benang merah yang menghubungkan film ini dengan Pitch Black dalam ceritanya. Mungkin Riddick tidak akan menghasilkan banyak penggemar baru, tapi setidaknya ini yaitu perjuangan yang berhasil untuk mengembalikan nama baim franchise ini dan mengembalikan Riddick ke hakikat aslinya sebagai sesosok anti-hero yang misterius, taktis dan cukup mengerikan.

Belum ada Komentar untuk "Riddick (2013)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel