The Double (2013)

Setelah menjalani debutnya sebagai sutradara lewat drama coming-of-age berbalut romansa berjudul Submarine, kali ini pelawak Richard Ayoade giliran mengadaptasi novel berjudul The Double karya Fyodor Dostoyevsky. Cukup asing memang melihat seorang Ayoade mengangkat sebuah dongeng yang kental unsur thriller-nya. Tapi toh The Double tetap mengandung banyak unsur kesukaan sang sutradara menyerupai aksara utama seorang laki-laki anti-sosial dan tentu saja sedikit selipan komedi meski kali ini komedinya terasa jauh lebih gelap. Tentu saja untuk memerankan laki-laki penuh sisi awkward Jesse Eisenber merupakan salah satu pemain drama terbaik untuk tugas itu. Sebagai aktris utama ada Mia Wasikowska yang akhir-akhir ini pilihan filmya semakin anggun dan mulai menunjukan kapasitas aktingnya. Sama menyerupai Enemy (review) milik Dennis Villeneuve yang juga diangkat dari novel lain berjudul The Double, film ini pun akan bertutur wacana doppleganger. Karakter utamanya yakni Simon James (Jesse Eisenberg), seorang cowok yang hidup sendirian di sebuah apartmene kecil nan gelap dan selalu menghabiskan hari-harinya dengan pulang-pergi ke kantor dengan kereta api.

Simon yakni laki-laki yang kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Tidak hanya lantaran kemampuan sosialnya yang rendah, tapi juga lantaran orang-orang tersebut tidak pernah menganggap dirinya. Satu-satunya hal yang menjadi hiburan bagi Simon hanya Hannah (Mia Wasikowska). Hannah merupakan salah satu rekan kerja sekaligus tetangga Simon yang sudah usang ia sukai. Setiap hari Simon selalu memperhatikan Hannah mulai semenjak berada di dalam kereta, di kantor, bahkan hingga ketika keduanya sudah ada di apartemen masing-masing. Tiap malam Simon selalu menikmati hobinya mengintip Hannah dengan teleksop. Suatu hari sebuah hal mengejutkan menimpa Simon disaat muncul seorang karyawan gres berjulukan James Simon yang punya wajah sama dengannya (diperankan juga oleh Jesse Eisenberg). Tapi walaupun wajah keduanya sama, kepribadian dan nasib mereka amat sangat berbeda. Jika Simon seolah selalu bernasib sial dan tidak pernah mendapat respon yang menyenangkan dari orang lain, maka James seolah selalu beruntung dan begitu disukai oleh orang-orang di sekitarnya bahkan dianggap jenius. Siapakah James sebenarnya?
Siapakah James sebenarnya? Pertanyaan tersebut tidak akan pernah dijawab oleh Richard Ayoade hingga film berakhir. Mungkin bagi sebagian besar penonton akan muncul banyak pertanyaan lain seputar film ini lantaran Ayoade mengemas filmnya dengan cukup ajaib bahkan kadang sedikit menyerempet kesan surealis. Film ini bagai gabungan quirky comedy milik Wes Anderson, surealisme David Lynch (dalam takaran rendah) plus kesan industrialisme dan aksara "robot" dalam karya-karya terbaru David Cronenberg. The Double memang bakal terkesan surealis lantaran pengemasan Ayoade yang cukup hiperbolis khususnya kalau berkaitan dengan aksara dan kondisi yang ada di sekitar Simon. Sebagai referensi hiperbola yang terjadi yakni kesialan-kesialan yang menimpa Simon untuk menggambarkan hidupnya yang sengsara dimana semua itu seolah terus menerus terjadi tanpa lantaran tanggapan yang jelas. Atau lihat juga bagaimana rekan kerja Simon yang memperlakukannya bagai stranger meski selalu bertemu. Semua itu hiperbolis dan menciptakan filmnya segmented tapi efektif untuk menciptakan saya bersimpati pada aksara Simon bahkan ikut mencicipi rasa kesal dan penat dalam kesehariannya.
Untuk tema, Ayoade coba menyelipkannya baik dari aksara Simon ataupun pengemasan setting filmnya. Mayoritas film terasa gelap untuk menguatkan tema dan perasaan Simon, tapi lebih dari itu ada kesan industrial yang besar lengan berkuasa mulai dari tata kantor, apartemen, hingga kereta yang dinaiki Simon. Hal itu dilakukan untuk menguatkan kesan kapitalisme dan kontrol kerja yang dialami oleh Simon dimana ia (bahkan mungkin karakter-karakter lainnya) nampak menyerupai robot yang dikontrol oleh atasan mereka (The Colonel yang diperankan James Fox). Ada ironi terselip disini, lantaran pada suatu adegan nampak iklan yang menawarkan Colonel menyampaikan wacana semua orang itu berbeda-beda dan Istimewa tapi mereka justru memperlakukan karyawan laksana robot yang sama persis. Sedangkan bagi aksara Simon, ini yakni observasi mengenai seorang outsider yang merasa atau bahkan pada kenyataannya tidak dikenali dan dianggap oleh orang-orang disekitarnya. Ya, The Double memang sejatinya lebih mengarah kepada observasi daripada suatu misteri yang mencari sebuah jawaban, lantaran itulah secara gamblang Ayoade tidak pernah menjawab pertanyaan apapun yang mungkin muncul dalam pikiran penonton.

Sepanjang film kita akan terus diajak mengamati aneka macam perasaan Simon dan aneka macam hal yang secara campur aduk muncul dalam kepalanya. Kaprikornus siapa bahwasanya James? Darimana asalnya sang doppleganger ini? Jawabannya yakni dari Simon sendiri. Hal itu tampak dari salah satu obrolan Simon yang pada pada dasarnya menyatakan "pergulatan" antara sosok orisinil dengan sosok ideal bagi dirinya yang Simon inginkan. Kaprikornus James sendiri yakni cerminan dari apa yang Simon ingin ada pada dirinya. Tapi pada ketika sosok ideal tersebut justru mulai mencuri kehidupan Simon, ia pun menyadari bahwa yang terbaik tetaplah menjadi dirinya sendiri lantaran diri kita yang orisinil sesungguhnya yakni sosok ideal itu sendiri. Overall, Richard Ayoade sukses menghadirkan sebuah adonan genre yang menarik dalam The Double, ada thriller menegangkan, misteri menarik, drama psikologis menarik yang penuh sisi absurd, hingga sentuhan komedi yang berhasil memancing tawa serta menambahkan kedinamisan alurnya.

Belum ada Komentar untuk "The Double (2013)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel