Hantu Bagus Kok Ngompol? (2016)
(WARNING: Review ini banyak mengandung kata "ngompol" yang sanggup mengakibatkan nafsu bagi pembaca dengan fetish tertentu)
Saya tahu yang ada di pikiran anda. Pasti anda mempertanyakan "dapat wahyu darimana" sampai saya memutuskan film ini, bukan? Tapi jangan salah. Saya selalu dididik untuk tidak menilai apapun dari tampak luar. "Don't judge a book by its cover", begitu kata orang. Atau kalau diterapkan dalam film menjadi "Don't judge a movie by its bad poster, bad trailer, and bad title". Mungkin saja film berjudul "Hantu Cantik Kok Ngompol?" berakhir sebagai suguhan memukau bukan? Sama ibarat kemungkinan "Paijo" yaitu nama seorang warga negara Inggris. Mungkin? Iya. Kaprikornus apakah ini berarti "Hantu Cantik Kok Ngompol?" yaitu film bagus? Tidak. Filmnya jelek.
Alkisah empat mahasiswi jurusan peternakan mesti menempuh pendidikan di PPP yang ternyata bukan nama parpol melainkan kependekan dari "Pusat Penelitian Peternakan". PPP ada di wilayah terpencil dimana mereka harus melewati sungai dengan meniti sebuah tali (jembatannya putus) dan tidak terdapat sinyal kecuali untuk provider "rembulan". Serius, itu nama provider-nya dan disebutkan dalam sebuah dialog. Kengerian (bagi karakternya, bukan bagi saya) muncul ketika hantu perempuan (lupa namanya, diperankan Sarah Azhari) mulai menarik hati para penghuni PPP, termasuk para penjaga. Disaat bersamaan, salah seorang mahasiswi (lupa namanya lagi, diperankan Nana Mirdad) ditemukan tertidur di tengah hutan oleh teman-temannya (lupa namanya semua). Ternyata, oh ternyata, sempat terjadi peristiwa berdarah di PPP yang memicu segala teror.
"Ada adegan ngompol nggak?" niscaya jadi pertanyaan paling sering dilontarkan. Saya jawab "ADA!". Apakah yang ngompol hantu? Kurang lebih! Hantu cantik? Cantik itu realtif, tapi kurang lebih iya! Kaprikornus kelihatan sesosok hantu bagus sedang ngompol? TIDAK! Nah, resah kan? Saya juga resah alasan penggunaan kata "ngompol" di judulnya. Mungkin pembuatnya merasa kata "ngompol" memberi keunikan pada judul, sehingga gampang menarik calon penonton. Tapi jangankan tertarik, saya yakin yang ada justru rasa aib menyebutkan "ngompol" pada mbak-mbak ticketing. Maka disaat hanya saya seorang penontonnya, itu tidak mengejutkan. Tapi tenang, bagi anda yang tertarik menonton sanggup mengakali rasa aib tadi dengan hanya menyebut "Hantu Cantik". Lebih baik kan? Meskipun saya yakin, di belakang, mbak-mbak tadi niscaya tetap membicarakan anda. Pasti. Kenapa pasti? Karena saya mengalami itu.
Apa filmnya seram? Tergantung. "Hantu Cantik Kok Ngompol?" punya jenis teror sebagai berikut: Sarah Azhari berpakaian minim menarik hati pria, bapak renta (lupa namanya lagi) kesurupan kemudian bertingkah kolam orang ayan, Nana Mirdad kesurupan kemudian menari erotis, Babby Margaretha diserang hantu berupa angin besar sampai seluruh bajunya terangkat dan hanya menyisakan bra, dan Hantu dengan riasan muka lebih ibarat jeroan gulai daripada luka bakar. Jangan khawatir, itu belum semuanya. Saya sendiri merasa pola di atas tidak menyeramkan. Naskahnya juga sama saja, penuh kesan random dengan selipan-selipan konflik atau tokoh yang sama sekali tidak berkhasiat bagi konflik utama. Contohnya: apa kegunaan abjad yang diperankan Omas? Atau sedang apa segerombolan hantu termasuk "pocong berjalan" itu berkeliaran di sekitar PPP? Hanya Tuhan dan Emil G Hampp (sutradara sekaligus penulis naskah) yang tahu apa maksud dari banyaknya adegan "entah-darimana-maksudnya-apa" disini.
Jika anda sempat membaca goresan pena saya untuk "Tausiyah Cinta", maka ketahuilah bahwa "Hantu Cantik Kok Ngompol?" menerima evaluasi lebih tinggi. Kenapa? Karena filmnya jujur. Tidak ada kemunafikan dari Emil G Hampp dengan menyebut filmnya cerdas, berbobot dan sebagainya. Coba tengok trailer-nya yang sudah ada di YouTube semenjak tahun 2013. Anda akan tahu bahwa filmnya berusaha menjadi seram, lucu dan erotis. Memang tidak seram. Komedinya pun lebih kearah menyebalkan akhir dagelan khas sinetron daripada lucu. Tapi Emil terang berusaha memunculkan itu. Masalah angker atau tidak dan lucu atau garing, itu kasus lain. Eksekusi yang buruk jadi alasan gagalnya kedua hal tersebut.
Sedangkan fakta bahwa film ini mengumbar sensualitas sebenarnya telah diungkapkan secara gamblang (di trailer) sebagai tujuan utama. Memang intinya "Hantu Cantik Kok Ngompol?" dibentuk guna memuaskan libido penonton sekaigus filmmaker-nya. Dengan sepenuh hati saya mengapresiasi kejujuran itu. Karena toh memang melihat Nana Mirdad dalam balutan baju seksi sepanjang film itu hiburan untuk mata. Lagipula film horor dengan balutan seks bukan berarti buruk dan tidak haram hukumnya. "Friday of the 13th" dan ratusan horor legendaris lain juga kental unsur seksualitas. Kualitas penggarapan yang memilih bagus atau tidaknya film itu. Jika bicara soal horor-komedi, apakah film itu angker sekaligus lucu disaat bersamaan yaitu tolak ukurnya. Dari situ saya sanggup menyebut "Hantu Cantik Kok Ngompol?" sebagai film jelek.
Ditambah lagi "Hantu Cantik Kok Ngompol?" serasa berasal dari masa lampau. Tengok efek visual yang mengingatkan pada film-film di awal karir Baginda K.K. Dheeraj. Atau penggunaan lagu "dance" mengiringi tarian erotis Babby Margaretha di satu adegan yang lebih ibarat alunan musik senam. Atau bagaimana rendah dan ketinggalan zamannya selera humor film ini dengan memunculkan abjad berlogat ngapak (Banyumas dan sekitarnya) dan duo laki-laki yang gemar saling melontarkan usikan "murah" penuh teriakan satu sama lain sebagai comic relief. Memang hanya keseksian tubuh Sarah Azhari, Babby Margaretha atau Nana Mirdad (tergantung selera anda) yang sanggup memberi hiburan. Apalagi yang anda harapkan hadir dari sosok di balik judul-judul macam "Nafsu dalam Cinta", "Gejolak Nafsu", "Lampiasan Nafsu" dan lain sebagainya? Apakah saya merekomendasikan untuk menonton film ini? Tidak.
*Setelah "Hantu Cantik Kok Ngompol?" saya lanjut menonton "Midnight Show" yang ribuan kali lebih bagus dan wajib anda tonton di bioskop. Tapi alasannya yaitu lelah dan takut ngompol, review-nya saya tunda dulu*
Ticket Powered by: Bookmyshow ID
Belum ada Komentar untuk "Hantu Bagus Kok Ngompol? (2016)"
Posting Komentar