Results (2015)
Physical, mental, emotional and spiritual. Kombinasi dari pemaksimalan terhadap keempat sisi tersebut pasti akan menciptakan seorang insan mendekati kesempurnaan. Trevor (Guy Pearce) yaitu pemilik sebuah gym di Austin, Texas yang selalu mendorong tiap kliennya untuk mencapai hal tersebut. Dia tak ubahnya seorang motivator penuh kata-kata bijak nan inspiratif. Maka dikala Danny (Kevin Corrigan) tiba meminta untuk diberi latihan, hal itu pula yang diungkapkan oleh Trevor. Jika kombinasi keempat hal di atas didefinisikan sebagai kesempurnaan, Danny terang sosok yang jauh dari kata sempurna. Secara fisik beliau yaitu laki-laki remaja berbadan gemuk dengan contoh makan tidak sehat. Secara psikis pun sama. Dia nampak malas dan tak punya gairah hidup. Aura depresif terpancar besar lengan berkuasa darinya. Perceraian dengan sang istri yaitu pemicu terbesar melankoli dalam diri Danny.
Mungkin istilah "money can't buy happiness" cocok mendeskripsikan seorang Danny. Warisan dari mendiang sang ibu membuatnya menjadi orang kaya secara mendadak. Dia tak segan mengeluarkan banyak uang demi hal sepele. Bahkan dikala Paul (Giovanni Ribsi) hendak menyetir dalam kondisi mabuk, Danny tidak segan memberi $300 dollar biar temannya itu mau bermalam di rumahnya. Dengan uang sebanyak itu nyatanya Danny tetap tidak menerima kebahagiaan. Kita mulai melihatnya tersenyum dikala Kat (Cobie Smulders), mulai ditugaskan untuk menjadi pelatih langsung bagi latihan Danny. Sama ibarat Trevor, Kat pun tak jarang memberi motivasi bagi kliennya untuk terus berusaha dalam latihan mereka. Hingga undangan dari Danny biar Kat mau menghisap ganja bersamanya mulai menciptakan relasi antara pelatih dengan klien ini menjadi rumit.
Film ini disutradarai oleh Andrew Bujalski yang dikenal sebagai "The Godfather of Mumblecore". Tapi di sepanjang film, kesederhanaan khas mumblecore justru amat minim. Masih penuh obrolan, tapi Results memiliki jalinan plot yang lebih tertata, production value yang tidak terlalu lo-fi, bahkan adegan montage ala Rocky. Keajaiban yang kerap dimunculkan oleh obrolan penuh improvisasi (alasan terkuat aku menyukai mumblecore) tidak hadir disini. Ada sedikit kekecewaan, tapi bukan berarti haram bagi Bujalski untuk menjauh dari aspek yang mencirikan dirinya. Results masih memperlihatkan eksplorasi menarik lewat komedi hitam yang mengatakan sindiran bagi "motivator" macam Trevor dan Kat. Penonton diajak melihat tidak terjadinya sinkronisasi antara kalimat-kalimat "emas" dengan aplikasi dalam kehidupan faktual keduanya.
Trevor dan Kat terang meraih pencapaian tinggi dalam kebugaran fisik. Bahkan mereka nampak terobsesi dengan itu, ibarat terlihat dari kebiasaan Kat untuk terus berlari kapanpun dan dimanapun. Namun bahwasanya Kat sendiri tidak yakin akan semua motivasi yang beliau lontarkan. Dia pun gampang naik pitam dan tidak segan berteriak sambil mengeluarkan kalimat garang dikala seseorang menyinggung perasaannya. Sedangkan Trevor begitu karam dalam mimpi untuk menyebarkan usahanya. Impian yang membuatnya mengesampingkan banyak sekali rasa termasuk cinta. Maka menjadi ironis dikala Danny dengan segala ketidaksempurnaannya seolah mulai memberi pencerahan pada mereka berdua. Semua sindiran itu terasa menggelitik tanpa pernah terlepas jauh dari kenyataan. Karena memang situasi ibarat itu sering kita temui, disaat para motivator/guru spiritual justru menjalani hidup mereka secara berlawanan dari apa yang diajarkan.
Masalah dalam Results terletak pada fokus. Filmnya diberi label "romansa" dan Bujalski memang nampak berniat menyuntikkan romantika dalam kisahnya. Tapi sedetikpun tidak pernah aku merasa film ini romantis. Untuk menciptakan penonton terenggut oleh romantisme, mereka harus dibentuk luluh oleh sebuah jalinan cinta sebagai fokus utama. Pada paruh awal penonton digiring untuk percaya bahwa filmnya menyoroti relasi Danny dan Kat yang dihalangi oleh sisi profesionalitas. Tapi secara mendadak aspek itu menghiang, berganti sepenuhnya menyoroti Trevor dengan segala ironi pada karakternya. Lalu tiba-tiba Bujalski memaksa kita untuk terikat dengan romansa antara Trevor dan Kat, sedangkan Danny berpindah kiprah sebagai "latar" yang menggerakkan keduanya dari belakang. Tidak ada koherensi antar plot dan berujung pada hilangnya kekuatan emosi.
Results nihil emosi bahkan disaat para cast-nya berakting dengan baik. Sulit untuk tidak menyukai seorang Cobie Smulders bahkan meski karakternya yaitu perempuan keras yang tidak pernah mengontrol kata-kata. Dia punya insting komedi alamiah. Karena itu dikala Bujalski ingin menghadirkan komedi dari bermacam situasi mulai dari pertengkaran panas sampai awkward moment sekalipun, sang aktris tak pernah gagal mengkonversinya menjadi adegan menggelitik. Guy Pearce turut berhasil menguatkan aksara Trevor yang tidak bisa menyelaraskan isi hati dengan apa yang ia tuturkan. Sedangkan Kevin Corrigan telah melaksanakan perjuangan terbaik untuk terlihat sebagai laki-laki menyedihkan yang hidup dalam kesedihan. Danny tidak terpelajar berkomunikasi dengan orang lain, terlebih alasannya depresinya. Pembawaan Corrigan ikut mengatakan rasa tidak nyaman hasil dari ketidakcakapan karakternya dalam bersosialisasi.
Film ini bisa saja menjadi tontonan yang lebih besar lengan berkuasa secara penceritaan andaikan Bujalski berfokus menghadirkan interaksi antar aksara ibarat pada paruh pertama daripada lebih banyak bermain-main dengan pelebaran plot. Saya menyukai paruh pertama yang dipenuhi awkward (yet lovable) moment hasil tukar barang obrolan antara Danny dengan aksara lain khususnya Kat. Bujalski memang tidak seharusnya merubah cara bertutur ala mumblecore yang sudah menjadi ciri sekaligus keunggulannya. "Results" is not bad at all, but it's kinda flat on emotions and pretty much forgettable (except for Cobie Smulders in her workout outfits).
Belum ada Komentar untuk "Results (2015)"
Posting Komentar