How Did 'Spotlight' Won Best Picture?

Membaca judul goresan pena ini mungkin beberapa dari anda menjawab "karena memang lebih bagus". Saya sendiri lebih menyukai Spotlight dibanding pesaing-pesaing terdekatnya macam The Revenant, The Big Short atau Mad Max: Fury Road. Namun memenangkan kategori "Best Picture" tidak sesederhana menjadi film yang lebih manis atau menerima jumlah vote tertinggi. Mari masuk ke fakta unik di mana Spotlight total hanya memenangkan dua piala (salah satunya Best Original Screenplay), kalah dibandingkan The Revenant (tiga) apalagi Mad Max: Fury Road (enam). Sejak kemenangan The Greatest Show on Earth pada 1953, pemenang film terbaik setidaknya membawa pulang tiga piala. Bagaimana bisa peraih penghargaan tertinggi justru menerima piala teramat sedikit?

Jawabannya ada pada teknik preferential ballot untuk menentukan pemenang "Best Picture". Seluruh member AMPAS (Academy of Motion Picture Arts and Sciences) yang berjumlah sekitar 5.783 orang mempunyai hak suara. Alih-alih menentukan satu, mereka diminta menciptakan ranking teratas hingga terbawah di antara nominee film terbaik. Setelah semua bunyi masuk, data akan ditabulasi, dan di sinilah "keajaiban" bisa terjadi. Sebuah film harus menerima setidaknya 50% bunyi untuk memenangkan "Best Picture" atau dengan kata lain minimal 2.892 orang menempatkan film tersebut di urutan pertama -which is very unlikely. Apabila belum mencapai angka tersebut, apa yang harus dilakukan? Mari lakukan sedikit simulasi. Anggaplah hasil penghitungannya ibarat ini: 
1. The Revenant (22%)
2. Spotlight (18%)
3. The Big Short (16%)
4. Mad Max: Fury Road (14%)
5. Bridge of Spies (12%)
6. Room (8%)
7. The Martian (7%)
8. Brooklyn (3%)
Karena belum ada film dengan bunyi mencapai setengah, maka film di urutan terbawah (Brooklyn) akan gugur. Tapi surat bunyi tidak hangus, melainkan diberikan untuk film di peringkat kedua. Misal salah satu voter pemilih Brooklyn menempatkan Spotlight di posisi kedua, maka otomatis bunyi itu akan diberikan pada Spotlight. Apabila angka 50% belum tercapai, giliran bunyi The Martian yang "dipecah" untuk film di posisi kedua. Lalu bagaimana jikalau peringkat kedua juga telah gugur? Maka tengok peringkat ketiga, dan seterusnya. Proses ini berlanjut sampai ada film mencapai 50% atau lebih jumlah suara. 
Metode preferential ballot ini memungkinkan Spotlight yang pada "babak pertama" hanya menempati posisi kedua berujung memenangkan "Best Picture". Satu hal yang luput dari asumsi saya kala menciptakan prediksi (saya memprediksi The Revenant akan menang) ialah bahwa Spotlight merupakan film yang jauh lebih "aman" dan menjangkau lebih banyak audience daripada The Revenant. Film karya Alejandro G. Inarritu ini tergolong divisive alias banyak pemuja tapi tidak sedikit pula pembenci, karena more experimental. Sehingga kemungkinan The Revenant untuk berada di posisi paling buncit dalam satu surat bunyi jauh lebih besar ketimbang Spotlight. Walau (mungkin) jumlah pemilih yang menempatkan Spotlight di posisi pertama kurang dari pesaingnya itu, saya yakin amat jarang yang menempatkannya di peringkat terakhir. Mungkin rata-rata di posisi 2-4, sehingga tatkala bunyi didistribusikan, peluang bunyi itu diberikan pada Spotlight tentu lebih tinggi.

Karena less-experimental, jangkauan penonton Spotlight pun lebih luas. Film garapan sutradara Tom McCarthy ini juga mengusung tema "penting", menyoroti informasi sosial di Amerika Serikat, artinyai tendensi juri menempatkannya di atas The Revenant -meski belum tentu di peringkat pertama- jadi lebih tinggi. Bayangkan anda menerima kiprah sebagai juri ajang penghargaan guna menentukan "Film of the Year" suatu negara. Tentu pertimbangan bukan sekedar di kualitas, ada pula unsur wacana seberapa bisa film tersebut mewakili wajah negara anda. Untuk itu Spotlight, The Big Short dan Bridge of Spies punya nilai lebih. Namun alasannya ialah The Big Short lebih segmented dan Bridge of Spies, well, not as good as Spotlight, peluang mereka jadi tidak seberapa besar. 

Beberapa aspek di atas sanggup anda jadikan pola kala menebak-nebak pemenang "Best Picture". Selain itu, ajang "Screen Actor Guild Awards (SAG)", "Director Guild Awards (DGA)" dan "Producer Guild Awards (PGA)" juga bisa menjadi materi acuan. Ajang pertama punya kiprah penting alasannya ialah para pemain drama menyumbang jumlah terbesar dalam susunan anggota AMPAS. Tahun ini pemenang SAG ialah Spotlight. Sedangkan DGA menentukan siapa sutradara terbaik yang tentu bisa menjadi pola pada film terbaik. DGA tahun ini memberi kemenangan pada Alejandro G. Inarritu (akhirnya memenangkan "Best Director" di Oscar juga). Sedangkan PGA (dimenangkan The Big Short) juga menggunakan sistem preferential ballot untuk menentukan pemenang, dan dari total 27 pemenang sepanjang diselenggarakannya ajang tersebut, 18 di antaranya (67%) berakhir memenangkan "Best Picture". 

Ralat: Jumlah member AMPAS dikala ini telah melebihi angka 6.000 orang.

Belum ada Komentar untuk "How Did 'Spotlight' Won Best Picture?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel