The Shallows (2016)

"The Shallows" is not "Jaws". Film garapan sutradara Jaume Collet-Serra ini masih punya rasa B-movie sebagaimana mayoritas tontonan bertemakan serangan hiu ganas. Tapi di samping rangkaian shot pengeksploitasi tiap lekuk badan Blake Lively dalam balutan bikini, hiu berbentuk CGI, serta action-oriented third act bombastis, Jaume Collet-Serra kentara mengambil banyak pelajaran dari karya Steven Spielberg tersebut guna membawa filmnya naik kelas, memperhatikan pentingnya membangun intensitas. One of the better  if not the best  shark movie since "Jaws", that's what "The Shallows" is.

Blake Lively berperan sebagai Nancy Adams, medical student yang tengah mengunjungi pantai diam-diam di Meksiko daerah mendiang ibunya berselancar dahulu. Hampir setengah jam pertama merupakan setup sempurna teruntuk dua hal: huruf Nancy dan teror hiu putih yang mengintai. Latar belakang pendidikan medis mendorong penonton gampang mendapatkan fakta Nancy bisa melaksanakan pengobatan darurat bagi luka-lukanya. Sedangkan kala ia memamerkan keahliannya berselancar jadi bukti pengalamannya "beraksi" di perairan. Kita melihatnya flawlessly berenang melawan arus ombak. She's a strong and capable woman, itulah mengapa kemampuan bertahan hidupnya terasa masuk akal.
Pembangunan atmosfer juga kokoh. Kecermatan Jaume Collet-Serra tampak pada adegan Nancy berselancar, di mana nomor elektronik "Trouble" milik Neon Jungle dan balutan kesunyian muncul bergantian sesuai perubahan gambar  surfing sequence dan maritim yang tenang  menyiratkan ancaman terselubung penyulut antisipasi penonton. Momen ketika karenanya sang hiu mulai melancarkan serangan pun sukses menghadirkan kengerian sekaligus keindahan  it only shows the shark's shadow lurks beneath the wave. Sinematografi garapan Flavio Labiano memikat berkat komposisi warna (ex: hijau, biru, merah ketika Nancy tenggelam) dan penempatan properti (mayat paus) menyuntikkan keindahan menyeramkan.

Sesungguhnya "The Shallows" tak menyimpan inovasi, ketika alur diisi penggunaan formulaic pattern dari survival movie. Pemanfaatan benda seadanya demi mengobati luka dan bertahan hidup, menampakkan protagonis terbujur lemah tak berdaya, hingga penyusunan taktik jadi pemandangan dominan. Menjadi tidak problem tatkala Jaume Collet-Serra pandai membangun dinamika. Sang sutradara tahu kapan harus menaikturunkan tempo, sehingga ketika pace melambat, atensi penonton tetap terjaga. Serupa "Jaws", ketegangan dibangun tanpa harus berlebihan menawarkan sosok hiu. Penonton diberi ketakutan serupa huruf utamanya, berupa kekhawatiran akan teror tak terlihat. Sedikit selipan gore menambah daya cekam sembari mengingatkan akan seberapa berbahaya ancaman hiu tersebut.
Semua bertahan dengan baik hingga titik puncak menyerang. Seperti hakikatnya, titik puncak merupakan puncak setiap konflik, tapi naskah Anthony Jaswinski bagai minim imaji menjalin kulminasi dan resolusi bagi pertarungan Nancy dan sang hiu. Nuansa grounded survival yang susah payah dibangun berganti gempuran agresi nonsensical. Dari seorang protagonis tangguh namun rapuh, Nancy seketika bertransformasi menjadi action blockbuster heroine. Untungnya serupa karya-karya sebelum ini, Jaume Collet-Serra punya ketepatan visi dalam merangkum gelontoran aksi. Terasa out-of-place tapi bombastis nan menghibur.

Sulit meminggirkan perkiraan bahwa salah satu alasan terbesar Blake Lively di-cast adalah alasannya yaitu ia pesona fisiknya, tapi sang aktris pertanda ia tak hanya mempunyai itu. Minim subtilitas emosi, namun Blake total meluapkan sakit fisik dan psikis karakternya. Dilengkapi visualisasi gamblang akan luka-luka pula darah, "The Shallowssukses mengajak penonton meringis kolam ikut mencicipi perih tanpa melupakan cekaman ketegangan hasil teror yang mengintip dari balik maritim dangkal. 

Belum ada Komentar untuk "The Shallows (2016)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel