Jack Reacher: Never Go Back (2016)

Apa perbedaan Jack Reacher dengan Ethan Hunt selaku huruf action hero terbesar Tom Cruise? Keduanya sama-sama badass yang kerap melaksanakan agresi gila, tapi ketika Hunt menerima pemberian teknologi canggih pula rekan-rekannya sesama anggota IMF, Reacher sang eks-militer nomaden bekerja sendiri. He doesn't even has his own gun, let alone face changer or sticky glove. Tapi di situlah letak daya tarik karakter  dan franchise  satu ini. Kental unsur raw serta pendekatan gritty realism memposisikan Reacher sebagai badass antihero (he steals and kills). Lalu apa karenanya jikalau "Never Go Back" memberi sang titular character dua sidekick, memaksanya bekerja bersama orang lain?

Reacher secara rutin menjalin komunikasi lewat telepon dengan Mayor Susan Turner (Cobie Smulders) setelah membantunya mengungkap perkara human trafficking. Namun begitu datang di Washington DC daerah Turner bertugas, Reacher mendapati sang Mayor telah ditangkap oleh polisi militer akhir tuduhan mata-mata. Meyakini Turner tak bersalah, Reacher pun membawanya kabur dari penjara untuk gotong royong mencari pelaku sebenarnya. Di ketika bersamaan, Reacher juga harus melindungi Samantha (Danika Yarosh), gadis cendekia balig cukup akal yang diduga merupakan puteri kandungnya. Samantha sendiri turut diincar akhir keterlibatan Reacher dalam perkara Turner.
Penambahan Turner sebagai huruf gres menjadi poin kasatmata berkat penampilan Cobie Smulders. Sang aktris piawai dalam berdialog, mempunyai ketepatan timing humor sekaligus meyakinkan sebagai seorang perempuan besar lengan berkuasa berdedikasi tinggi, bukan semata-mata eye candy, walau selipan pesan mengenai "kekuatan wanita" masih malu-malu timbul ke permukaan. Jalinan interaksinya dengan Reacher maupun Sam selalu menarik disimak, membuat tukar barang obrolan renyah yang jarang kita temui dalam suguhan action-thriller kebanyakan. Cruise pun turut mengimbangi bersenjatakan deadpan reaction kala Reacher dihadapkan pada situasi yang sulit ia percaya  Sam mencuri kartu kredit misal.
Samantha memang jadi pendukung yang menghibur, tapi minim substansi dan melemahkan huruf Reacher. Sekali lagi, Reacher bukan Ethan Hunt. Daya tariknya berasal dari kemampuannya beraksi sendirian. Masalahnya, naskah hasil tulisan Richard Wenk, Edward Zwick dan Marshall Herskovitz yang mengadaptasi novel "Never Go Back" kurang berhasil menekankan efek kehadiran Sam dalam hidup Reacher kecuali memberi "tugas" suplemen bagi Reacher untuk menghajar penjahat sebanyak mungkin demi menyelamatkan puterinya (?) tersebut. Film ini semestinya menggali proses pembiasaan Reacher menjadi seorang ayah, dan poin itu gagal dilakukan.

Edward Zwick ("The Last Samurai", "Love & Other Drugs") cukup solid merangkai adegan agresi intens. Tidak sekuat kesunyian menegangkan milik Christopher McQuarrie di film pertama, namun perjuangan tidak asal menghadirkan ledakan serta keberhasilan Zwick membuat tiap baku hantam terasa brutal bukan hanya menghasilkan hiburan, juga menjaga identitas franchise supaya tidak berujung menjadi versi low budget dari "Mission: Impossible". Sayang, klimaksnya dragging dan tak lebih dari perkelahian yang well-coreographed tapi formulaik, jauh dari kesan spesial. "Jack Reacher: Never Go Back" masih enjoyable namun urung meniupkan nafas gres guna menjaga keberlangsungan franchise ini. 

Belum ada Komentar untuk "Jack Reacher: Never Go Back (2016)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel