Alien: Covenant (2017)
Alien: Covenant eksis semata-mata lantaran dua alasan, ialah Ridley Scott ingin mengoreksi jalur yang ditempuh Prometheus dan menghalangi realisasi Alien 5 milik Neill Blomkamp. Mungkin Scott khawatir apabila terus menciptakan Alien dengan fokus bukan pada Xenomorph sementara Blomkamp sukses, tahtanya sebagai "Granddaddy of Alien franchise" bakal terusik oleh sang darah muda. Tapi rupanya bakat berbicara. Walau didorong niat demikian, nyatanya Covenant merupakan mimpi jelek yang mumpuni mengumbar teror, menjadikannya installment paling brutal walau masih teramat jauh dari status "terbaik".
Tahun 2104 alias 11 tahun pasca Prometheus, pesawat koloni Covenant tengah mengarungi angkasa guna menuju planet gres untuk didiami manusia. Sampai sebuah kejadian selesai hayat ditambah penerimaan transmisi yang ditengarai berasal dari planet layak huni terdekat menciptakan mereka menentukan mengubah arah. Setibanya di sana, sanggup ditebak teror mematikan telah menunggu di samping kembalinya David (Michael Fassbender), android selaku survivor dari misi Prometheus. Namun jangan harap tensi eksklusif meninggi, lantaran sesudah first act cukup mencekam, Covenant melambat, menghabiskan 30 menit pertama menyoroti perdebatan kru dilanjutkan pencarian mereka atas sumber transmisi di atas.
Penuturan lambat ini urung dibarengi nuansa atmosferik seperti Alien atau misteri pengundang tanya serupa Prometheus. Obrolan di pesawat atau perjalanan di hutan mendominasi tanpa disokong penokohan solid. Ketika Fassbender sebagai David dan Walter, dua android beda jenis sekaligus kepribadian (apparently they have one) tampil memikat memisahkan dua sosok serupa tapi tak sama dengan mulus, sisa tokoh tak ubahnya onggokan daging tidak bernyawa yang ada hanya untuk dibantai. Talenta Danny McBride, James Franco, sampai Demian Bichir tersia-sia, sedangkan Katherine Waterston kekurangan keperkasaan sebagai action heroine.
Mayoritas tokoh utama berstatus pasangan. Harapannya, timbul rasa iba dan imbas emosional bagi menonton mendapati mereka terancam. Walau memberi sedikit bobot, penokohan lemah minim daya tarik meniadakan imbas yang diinginkan. Setidaknya ada poin positif. Deretan tokohnya tidak sebodoh ilmuwan-ilmuwan Prometheus. Benar tingkah terbelakang sempat ditunjukkan khususnya di awal teror Xenomorph, namun sanggup dimaklumi mengingat ketika itu mereka dikuasai ketakutan luar biasa. Ketakutan yang sanggup dipercaya, alasannya kita pun mencicipi hal serupa berkat kapasitas Ridley Scott menyulut ketegangan memakai shaky cam dan dengung alarm di koridor sempit pesawat, serupa Alien dahulu.
Untungnya sesudah babak awal melelahkan, film ini total menggelontorkan tensi. Aksi masif berhiaskan CGI meyakinkan jadi bukti kematangan Scott menyusun spectacle tanpa bujet berlebihan ("hanya" $111 juta, jauh dibanding banyak blockbuster yang mencapai di atas $200 juta). Satu-satunya kekurangan yakni terlampau pendeknya klimaks. Soal parade horor, Scott meminimalisir jump scare, berkonsentrasi pada gore serta gambar-gambar layaknya mimpi buruk. Di sini puncak Covenant, tatkala Scott mengekspresikan kegilaan, menghabisi tokoh-tokoh forgettable-nya sebrutal mungkin, menumpahkan isi perut, memotong potongan tubuh, membanjiri lantai dengan darah. Bahkan koneksi terhadap Prometheus pun diungkap secara twisted pun disturbing.
Bicara perihal kaitan dengan installment sebelumnya, Covenant berguna menjawab segelintir pertanyaan semisal soal wujud evolusi Xenomorph yang berubah-ubah. Diberikan pula "jembatan" antara cikal bakal sang alien di Prometheus dengan sosok yang kita kenal baik selama ini. Beberapa fakta ini akan lebih diapresiasi penggemar franchise-nya, namun takkan besar lengan berkuasa bagi penonton awam. Sederet poin menyiratkan perjuangan mengesampingkan plot thread milik Prometheus. Konsep "pencipta dan ciptaannya" masih disinggung, tapi menilik cliffhanger di akhir, rasanya alih-alih meluaskan lingkup membahas asal muasal insan dan Engineer, babak berikutnya cenderung kembali ke akar, menautkan seri prekuel dengan original. Dan sebagaimana Alien pula, Scott coba bermain-main melalui seksualitas tersirat berupa "oral" antar kembar bersaudara" Fassbender.
Belum ada Komentar untuk "Alien: Covenant (2017)"
Posting Komentar