Silam (2018)

Silam, yang juga pembiasaan novel berjudul sama karya Risa Saraswati, awalnya diniati sebagai spin-off terbaru Danur untuk mengeksploitasi kesuksesan franchise-nya. Sampai tiba-tiba niat tersebut dibatalkan, dan suplemen “From the Danur Universe” dihapus dari seluruh bahan promosi. Untunglah, lantaran meski lambat, seri Danur tengah berprogres ke arah positif, sampai tahun ini, Asih jadi judul pertama yang pantas disebut baik. Menyertakan Silam, yang bahkan jauh lebih jelek dibanding film pertama, bakal mengembalikannya ke titik nadir.

Pasca meninggalnya sang ayah, Baskara (Zidane Khalid) merasa dibenci oleh ibunya (Nova Eliza), yang seolah menyalahkan seluruh perbuatan putera semata wayangnya itu. Ditambah perundungan di sekolah, lengkap sudah penderitaan Baskara. Sampai ia menemukan foto saudara kembar ayahnya, Anton (Surya Saputra), kemudian memutuskan minggat ke rumah pamannya. Mengapa di balik foto pribadi tertulis nama serta alamat saudara kembar sendiri? Entah. Sepertinya ini hanya cara malas Lele Laila (Danur 2: Maddah, Keluarga Tak Kasat Mata, Asih) selaku penulis naskah supaya Baskara menemukan kediaman Anton.

Tapi sebelum itu, kita menyaksikan lebih dahulu kejadian yang membuka mata batin Baskara, yakni dikala kepalanya terbentur lantai sesudah didorong oleh teman sekelasnya. Sejak itu Baskara sanggup melihat hantu. Peristiwa tersebut terjadi pada suatu ruangan terlarang di sebuah museum. Mengapa ruangan terlarang tidak diberi gembok atau pengamanan ekstra dalam bentuk apa pun? Entah. Sepertinya ini hanya bentuk kemalasan lain dari penulis naskahnya.

Seandainya anda lupa, film ini disutradarai Jose Purnomo (Alas Pati, Jailangkung, Gasing Tengkorak) yang belakangan kolam bersemangat menjadi Nayato 2.0 tentang menyajikan horor-horor bobrok. Di sini, Jose mengatakan bahwa ia belum banyak berubah, walau soal membuat jump scare, tampak sedikit peningkatan. Ada sekitar tiga momen yang sanggup menyentak berkat ketepatan timing.

Soal membangun kengerian, beliau masih Jose yang kita sayangi bersama. Di tangan sutradara mumpuni, adegan kala Baskara mampir ke kuburan ayahnya di tengah malam kemudian dikepung barisan setan bisa hadir mencekam. Walau lagi-lagi, timbul pertanyaan. Jika Baskara sudah menyadari kemampuannya melihat hantu, kenapa ia nekat ke kuburan hanya untuk meminta petunjuk yang takkan memperoleh jawaban? Bocah SD kebanyakan takkan melaksanakan itu. Sekali lagi saya cuma bisa menjawab, “entah”. Sepertinya ini hanya bentuk kemalasan lain dari penulis naskah guna membuka jalan menampilkan kengerian.

Tapi naskahnya masih menyimpan kelebihan. Berbeda dengan Baskoro Adi Wuryanto selaku kompatriotnya sesama pemuja kekosongan kisah dalam horor, pelan-pelan naskah Lele Laila meningkat. Setibanya Baskara di rumah Anton, plot Silam mulai memancarkan daya tarik. Baskara menyadari keganjilan pada tingkah Anton, Ami (Wulan Guritno) sang istri, juga dua puteri kembar mereka (yang dicomot dari The Shining). Didasari keganjilan itu Silam menghadirkan kisah sungguhan, di mana tercipta pertanyaan, juga misteri untuk digali. Bukan bentuk misteri segar, pun besar kemungkinan anda bisa menebak jawabannya sedari awal. Namun paling tidak, keberadaannya menjauhkan Silam dari formasi horor kosong yang gagal membedakan antara plot dengan segmen-segmen jump scare tak mengerikan.

Sayang, di sela-sela misteri kita dipaksa jadi saksi kecanggungan penyutradaraan Jose. Ada satu momen yang melibatkan hantu gadis cilik dengan riasan dan sikap yang bagai kombinasi penggila black metal dan emo. Si hantu mengikuti Baskara dan teman barunya yang juga bisa melihat makhluk halus, Irina (Dania Michelle). Pemandangan itu sontak memancing tawa seisi studio. Jose gres saja menghantarkan salah satu kelucuan tak disengaja paling epic sepanjang tahun. Satu lagi elemen mengganggu ialah keputusan Jose, yang menyerupai biasa merangkap DOP, menerapkan warna kusam termasuk di situasi gelap gulita, sehingga gambar terlihat keruh dan sukar dilihat.

Kemudian tibalah konklusinya, yang terserang penyakit lebih banyak didominasi film horor lokal, yakni kegagalan menghadirkan epilog memuaskan. Babak alhasil begitu berantakan, di mana beberapa poin kisah dibiarkan tanpa kejelasan atau memunculkan plot hole tanggapan penyertaan sebuah twist. Kalau itu belum cukup, jangan khawatir. Anda bakal menerima hal lain untuk ditertawakan, tatkala Silam mengajarkan bahwa untuk membatalkan perjanjian dengan setan, seseorang hanya butuh berniat, tanpa perlu repot-repot melangsungkan ritual. Mendengar itu, karakternya pun berkata, “Saya niatkan abolisi perjanjian.....”. Oh, for God's sake!

Belum ada Komentar untuk "Silam (2018)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel