Elaine Stritch: Shoot Me (2013)

Tampil di lebih dari 50 pertunjukkan broadway, bermain di lebih dari 25 film, dan muncul dalam banyak acara-acara televisi yaitu citra singkat dari betapa luar biasanya karir seorang Elaine Stritch yang berlangsung selama hampir 70 tahun. Memulai debutnya di panggung teater dikala masih berusia 19 tahun, Stritch masih aktif berkesenian khususnya kabaret hingga usianya mencapai 88 tahun. Barulah di setahun terakhir hidupnya (dia meninggal pada 17 Juli 2014) Elaine Strtitch bersitirahat dari dunia seni yang membesarkan namanya dan telah menjadi bab yang tidak dapat terpisahkan dari kesehariannya. Sangat jarang jikalau bukan tidak ada seseorang yang masih begitu aktif dan rutin berkesenian khususnya di panggung yang tentu saja melibatkan aktifitas fisik tidak sedikit dalam usia yang hampir mencapai 90 tahun. Karena itu apa yang dilakukan Elaine Stritch merupakan sebuah pencapaian yang fenomenal. Hal itulah yang coba diangkat oleh Chiemi Karasawa dalam film dokumenternya ini. Dalam film ini kita akan diajak oleh Karasawa untuk melihat bagaimana keseharian Elaine Stritch dalam usianya yang sudah uzur tapi masih aktif tampil di panggung juga membawa kita melihat kepribadian sang aktris yang eksentrik.

Sekilas gampang saja bagi kita untuk menilai bahwa Elaine Stritch yaitu perempuan bau tanah yang menyebalkan alasannya gaya bicaranya yang seenaknya dan blak-blakan. Tapi seiring dengan semakin jauh filmnya berjalan kita akan dapat mempelajari bahwa orang-orang di sekitar Elaine mulai dari asistennya, Rob Bowman sang pengarah musik Elaine, hingga rekan-rekannya sesama bintang film dan aktris menyerupai Alec Baldwin, John Turturo, James Gandolfini hingga Tina Fey begitu mengasihi Elaine dengan segala keterbukaan dan kata-kata "asal" yang keluar dari lisan sang aktris senior. Dari banyak interview yang muncul dalam film ini memang semuanya hanya menuturkan sisi faktual dari Elaine, tapi itu bukan berarti Chiemi Karasawa hanya berusaha menangkap sisi positifnya dan meninggalkan sisi negatif Elaine, alasannya segala sisi yang mungkin dapat menjadi aspek negatif dapat dengan gampang ditangkap dari tindak tanduk Elaine. Dari tindak tanduk Elaine hingga beberapa footage lama kita akan melihat bahwa ia yaitu aktris yang susah diatur, susah diajak bekerja sama, tapi semua kesukaran itu akan terbayar lunas pada balasannya alasannya bakat Elaine yang memang luar biasa. Karena itulah para narasumber hanya berbicar hal faktual alasannya mereka sadar bahwa segala kekurangan Elaine tidak ada apa-apanya dibanding semua kelebihan yang ia miliki khususnya dalam hal talenta.
Elaine Stritch: Shoot Me pun begitu terasa jujur berkat sosok Elaine yang memang selalu bicara apa adanya dan tidak segan mengutarakan isi perasaannya. Berkat itu semu penonton dapat dengan gampang mengenali menyerupai apa kepribadian seorang Elaine Stritch meski dokumenter ini hanya berdurasi 81 menit dan berfokus pada kehidupan Elaine di usia bau tanah saja. Dokumenter ini menandakan bahwa kuantitas bukan ukuran dari kualitas dimana tidak perlu durasi berjam-jam bagi film ini untuk dapat menciptakan penonton berkenalan dengan kepribadian dari subjeknya. Tingkah laris dari Elaine juga ikut memperlihatkan energi yang besar pada film ini dan membuatnya bergerak cepat, penuh energi dan terasa dinamis. Alih-alih banyak berfokus pada interview, Karasawa menentukan untuk lebih banyak memfokuskan kameranya pada kegiatan Elaine, dan membiarkan penonton menyaksikan sendiri menyerupai apa kehidupan sang aktris daripada mendengar penuturan dari orang-orang lain. Pada balasannya daya tarik utama dari dokumenter perihal Elaine Stritch ini memang berasal dari sosok Elaine Stritch itu sendiri yang terasa eksentrik. Mungkin hanya disini anda akan melihat perempuan bau tanah berusia 86 tahun gemar berteriak-teriak dan mengucapkan kata "fuck" berkali-kali.
Mungkin akan banyak penonton yang berpikir bahwa film ini kurang mengeksplorasi kehidupan Elaine secara lebih luas khususnya masa kemudian sang aktris, tapi memang intinya film ini bukan bercerita perihal kehidupan Elaine secara menyeluruh. Film ini bukanlah dokumenter-biografi perihal Elaine Stritch, tapi dokumenter yang menangkap kehidupan sang aktris di usia senja, bagaimana ia tetap terus berkarya dan aktif diatas panggung hinga usia yang bagi dominan orang sudah bukan lagi merupakan usia produktif. Elaine Stritch (setidaknya yang hadir dalam film ini) memperlihatkan bahkan mengajarkan menyerupai apa seseorang yang hidup dengan jalan yang ia inginkan bahkan hinnga di hari itu. Elaine Stritch: Shoot Me adalah pertunjukkan dari seorang perempuan bau tanah yang mengasihi hidupnya, mengasihi apa yang ia kerjakan. Tapi dokumenter ini tidak hanya mengandalkan sisi eksentrik subjeknya, ada drama menyentuh perihal seseorang yang harus menghadapi usia tua. Terasa menyentuh sekaligus menyakitkan bagi saya dikala melihat momen breakdown Elaine dikala penyakit diabetes yang ia derita harus kambuh.

Hanya dalam 81 menit durasinya, Elaine Stritch: Shoot Me sudah berhasil membawa saya dalam perjalanan menarik mengikuti keseharian sang legenda. Bahkan menyerupai yang dikatakan James Gandolfini saya pun pribadi mencicipi ketertarikan dan mungkin rasa cinta pada sosok Elaine meski hanya lewat suatu pertemuan yang teramat singkat. Untuk pengemasannya sendiri Chiemi Karasawa membiarkan kita sebagai penonton untuk mengamati, bukan sekedar mendengar kisah dari para narasumber, dan berkat sisi eksentrik dari Elaine Stritch pengemasan tersebut menyebabkan filmnya ini semakin terasa dinamis, menghibur dan mempunyai kedalaman yang baik. Elaine Stritch yaitu seorang perfomer sejati yang selalu total dalam setiap pertunjukkan meski punya kepribadian yang susah diatur. Tidak usang sesudah film ini dirilis sang legenda meninggal dunia, dan dokumenter ini menjadi sebuah penutup, sebuah penghormatan yang amat pantas terhadap karirnya yang berjalan selama hampir 70 tahun. 

Belum ada Komentar untuk "Elaine Stritch: Shoot Me (2013)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel