Appropriate Behavior (2014)

Appropriate Beahvior adalah semi-autobiografi. Tentu saja ceritanya fiktif, tapi terperinci ada cerminan berupa curhatan ihwal kehidupan Desiree Akhavan selaku sutradara sekaligus penulis naskah. Akhavan turut bermain sebagai huruf utama, seorang anak imigran dari Iran yang menjalani hidupnya di Brooklyn sebagai biseksual. Tentu saja sebab kultur Islam yang dipegang sebagai orang Iran, bukan hal gampang bagi Shirin menjalani kehidupan tersebut. Karena itulah ia menyembunyikan orientasi seksualnya itu dari kedua orang tuanya. Semakin mustahil baginya untuk mengungkapkan segala kebenaran sebab sang kakak, Ali (Arian Moayed) ialah sosok "putera dari Iran" yang ideal. Dia menerima pekerjaan dengan prospek cerah plus akan segera menikah. Berbanding terbalik dengan Shirin yang hidup di apartemen sempit dan kotor sehabis berpisah dengan pacarnya, Maxine (Rebecca Henderson). 

Putus dengan Maxine yang begitu ia cintai begitu memukul Shirin. Kesulitan untuk move-on, ia pun tidak hanya kehilangan pacar tapi juga pekerjaan sekaligus daerah tinggal. Disitulah ia mulai berusaha menciptakan Maxine cemburu dengan memacari banyak laki-laki sembari mengajar di sebuah kelas film.....untuk belum dewasa berumur lima tahun. Practically, hampir semua aspek dalam kehidupan Shirin amat berlawanan dengan kultur yang dipegang keluarganya. Berjudul Appropriate Behavior, film ini punya huruf utama dengan sikap yang totally inappropriate. Tentunya bila kita memandang itu lewat beling mata kultur Iran (baca: Islam). Disitulah film ini menyimpan daya tarik. Penuh kontradiksi, sebab disaat bersamaan Shirin coba menyeimbangkan dua budaya, dua gaya hidup yang amat bertolak belakang. Kebebasan hidup dan coolness dari Brooklyn berbenturan dengan ketatnya budaya Iran.
Berbagai pertentangan yang pada alhasil menjadikan pertanyaan ihwal definisi "appropriate behavior" itu sendiri. Filmnya menangkap dengan tepat ambiguitas tersebut. Apa yang layak? Apa yang tidak layak? Kenapa itu layak? Kenapa itu tidak layak? Pada alhasil semua tampak menyerupai konformitas belaka. Karena disaat bersamaan orang-orang Iran yang dianggap ketat peraturan itu sendiri tidak setaat itu. Merujuk kalimat yang diucapkan oleh Shirin, "we're half-assed Iranian." Desiree Akhavan melontarkan semua itu tapi tidak dengan amarah meski terkadang penuh sindiran. Tidak dengan menyudutkan, tidak dengan menjelek-jelekkan. Karena itu sosok Shirin tidak dibuat sebagai seorang yang melawan, melainkan seorang yang kebingungan. Jangankan pemberontakkan, sebab ia sendiri terjebak dalam dilema. Karena itulah Appropriate Behavior dikemas sebagai komedi, bukan drama ihwal human rights.
Komedi yang dihadirkan bukanlah lelucon, setidaknya pada dominan bagian. Desiree Akhavan tidak berusaha menciptakan penontonnya tertawa, tapi mengajak kita melaksanakan observasi ihwal banyak sekali kondisi menggelitik yang dialami Shirin. Awkward moment adalah senjata utama film ini menghadirkan kelucuan. Saya terhibur, dibuat tertawa dikala Akhavan menyodorkan situasi macam itu. Ditambah lagi aktingnya yang dipenuhi lisan clueless berhasil mengajak saya untuk ikut merasa "what the fuck just happened?!" Tapi disaat Appropriate Behavior sukses menghadirkan pesan utama beserta komedinya, aspek romansa justru tidak semenarik itu. Lewat potongan-potongan flashback kita diajak melihat bagaimana hubungan Shirin dan Maxine dimulai, sampai kenapa mereka alhasil putus. Tapi apa saya peduli dengan hubungan mereka? Tidak. Apa saya bersimpati dengan Shirin? Ya, bila itu berkaitan dengan duduk kasus ihwal sikap "tidak pantas", tapi tidak dengan kisah cinta maupun perjuangan move on yang ia lakukan.

Menghadirkan beling mata yang segar dalam komedi romantis lewat sentuhan kulturnya, film ini tidak terasa segmented. Karena semua orang tahu bahwa biseksual dalam kultur Islam tidaklah pantas, dan menciptakan film ihwal kentul plus zombie bagi anak lima tahun untuk dipertontonkan pada orang renta mereka juga tidak layak. Kita tahu, sebab itulah dikala hal-hal tersebut muncul, kelucuan yang kita rasakan. Kecuali anda seorang radikal dalam hal adab atau agama, segala inappropriate behavior dalam film ini akan menggelitik. Kurang berhasil menambilkan sisi romantisnya dan tidak begitu mendalam di penggalian emosi, Appropriate Behavior tetaplah menu yang lucu, segar, unik, and totally inappropriate

Belum ada Komentar untuk "Appropriate Behavior (2014)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel