Resident Evil: The Akibat Chapter (2017)
Benar bahwa penonton harusnya tahu tiap installment "Resident Evil" bakal memberi suguhan ibarat apa, untuk kemudian memasang ekspektasi tepat. Sehingga saya tidak lagi heran tatkala "The Final Chapter" mengesampingkan segala yang dibangun "Retribution" lima tahun kemudian dan bergerak ke arah baru. Itulah alasan mengapa hampir semua filmnya dibuka dengan flashback. Supaya penonton mengingat ceritanya yang forgettable, sembari menuturkan secara singkat tragedi di antara film guna menutupi kemalasan Paul W. S. Anderson merangkai kontinuitas yang pantas. Itu pula kasus dalam film "The Final Chapter".
Tiga ahad pasca ending "Retribution" dikala ia dikhianati oleh Wesker (Shawn Roberts), Alice (Milla Jovovich) mesti berpacu dengan waktu sebelum seluruh umat insan musnah, menuju Racoon City guna merebut vaksin t-Virus yang ternyata dimiliki Umbrella. Dalam salah satu pola retcon yang dipaksakan dari Paul W. S. Anderson, Red Queen (Ever Gabo Anderson) membagi gosip tersebut pada Alice, mengungkap bahwa sebetulnya ia memihak umat manusia. Saya sebut "salah satu" alasannya sepanjang film terungkap aneka macam fakta gres yang tak pernah disiratkan sebelumnya. It's not a smart and shocking revelation of its grand scheme, it's just a poorly-constructed one with no long-term planning.
Sudah tentu penulisan naskah Anderson buruk, ibarat ABG di awal pubertas yang tergila-gila pada teknologi canggih (artificial intelligence, kloning, combat analysis system) dan twist. Menyaksikan alur setipis kertasnya ibarat tengah menonton seseorang bermain video game buruk. A very bad one. Sulit pula menahan tawa mendengar baris kalimat yang ditulisnya. "Resident Evil: The Final Chapter" memang bodoh, tapi daripada mendapatkan kebodohannya, Anderson berusaha keras terlihat keren. Masalahnya, baik selaku sutradara atau penulis naskah, beliau tak mempunyai kapasitas, kesannya apa yang dibutuhkan memukau penonton justru memancing tawa. Tengok cara Wesker dikalahkan, juga sewaktu ratusan zombie berjatuhan kolam domino yang poorly-staged. Those are unintentionally laughable.
Namun "Resident Evil" selalu soal agresi yang sejatinya tak pernah benar-benar menghibur semenjak film ketiga. Anderson melontarkan seluruh amunisinya, menghantarkan agresi bising tiap 10 menit sekali. Berpotensi menghasilkan hiburan eksplosif nan menyenangkan, action sequence-nya remuk jawaban choppy editing memusingkan, menyulitkan penonton memahami apa yang tengah mereka saksikan. Anderson mengambil angle sebanyak mungkin, kemudian menumpahkan seluruhnya, kesannya dalam satu detik sanggup dua kali terjadi pergantian shot. Tiada pula kreativitas dalam mengkreasi aksi. Semua familiar, termasuk dikala untuk ketiga kalinya sepanjang franchise ini bergulir, kita diperlihatkan adegan "koridor laser" yang sekarang tak lagi mendebarkan.
Sentuhan horor masih dinomorduakan, di mana Anderson berulang kali mengandalkan cheap thrills berupa jump scare murahan. Poin positifnya, sang sutradara sempat menyelipkan beberapa (meski tidak banyak) gory death scene melibatkan sederet perangkap di markas Umbrella yang jauh lebih menarik ketimbang setumpuk adegan aksinya. Kelebihan lain tentu saja terletak pada Milla Jovovich yang semakin reliable sebagai female action hero. Caranya menarik pelatuk atau ketika Alice menghajar musuh sambil bergerak bebas memunculkan coolness tingkat tinggi yang sayangnya tak dimiliki sang suami dalam menyutradarai. Alice yakni tokoh badass, tidak ragu menghabisi lawan, membuatnya pantas berada di film yang jauh lebih layak.
Meniadakan dominan tokoh (Ada Wong, Jill Valentine, Leon S. Kennedy, Chris Redfield, dan lain sebagainya) melucuti potensi filmnya menjadi babak epilog epic. It's just another mediocre installment. Pertanyaannya, benarkah "Resident Evil: The Final Chapter" merupakan babak terakhir? Melihat pilihan konklusinya saya mewaspadai itu. Jangan terkejut apabila dua hingga tiga tahun ke depan bakal muncul sekuel bertajuk "The Next Chapter", "The New Blood", "A New Beginning" dan sejenisnya. "The Final Chapter" is slightly better than the last two installments, but still a bad popcorn movie. Niscaya anda bakal melupakan dominan kontennya tak usang sehabis keluar dari bioskop.
Belum ada Komentar untuk "Resident Evil: The Akibat Chapter (2017)"
Posting Komentar