Hitam & Putih (2017)

Berbagai alasan mendasari pemilihan lokasi luar negeri dalam film Indonesia. Ada yang memang kebutuhan cerita, atau sekedar pamer pemandangan. Hitam & Putih selaku kerja sama dua rumah produksi beda negara, Jelita Alip Film (Wanita Berdarah, Tarung) dengan Vietnam Production mengundang setumpuk tanya. Apa tujuan pengambilan gambar dilakukan di Vietnam ketika rumah susun kumuh dan pantai serta kisah kriminal perdagangan narkoba sanggup gampang dijumpai di Indonesia? Untuk apa repot-repot menggunakan bintang film Vietnam (dan Singapura) kalau kesudahannya dibungkus dubbing Bahasa Indonesia? Bagaimana pula semenjak sinetron Siapa Takut Jatuh Cinta (2002) yang ibarat Meteor Garden Roger Danuarta bagai tak menua?

Saya berasumsi bahwa Susan Yu (Wanita Berdarah) dan Jelita Team selaku penulis naskah sangat mempercayai takdir, alasannya yaitu alur filmnya disusun oleh kebetulan demi kebetulan, seolah menyatakan jikalau Tuhan bergerak lewat cara yang misterius. (Spoiler alert bagi anda yang hendak menonton film ini meski saya tidak menyarankan itu) Alkisah seorang instruktur bela diri, koreografi aksi, sekaligus petugas keamanan asal Vietnam berjulukan Ruanli (Vo Thanh Tam) hidup sederhana bersama adiknya, Ashui (Thuy Diem) yang masih kuliah. Demi meringankan perekonomian keluarga, Ashui rahasia ikut syuting film buatan sutradara Indonesia, John (Roger Danuarta). Selanjutnya terjadi hal-hal berikut:
  • John tertarik menggunakan jasa Ruanli yang belum mengetahui sang adik turut serta dalam film tersebut
  • Ruanli salah menduga kejar-kejaran polisi dan anak buah Chutian (Sunny Pang) si pengedar narkoba kelas kakap sebagai proses pengambilan gambar, membuatnya terlibat.
  • Anak buah Chutian kebetulan menyembunyikan koper berisi uang di bagasi motor milik Ashui.
  • Saya berulang kali menengok sekeliling, siapa tahu ada Gal Gadot di antara penonton. Sebab mengambil pelajaran dari Hitam & Putih, tidak ada hal tidak mungkin dan kebetulan paling gila sanggup tiba kapan saja.
Sepanjang film penonton disuguhi pemandangan asing ketika bintang film Indonesia dan Vietnam berbicara menggunakan bahasa masing-masing dalam satu frame. Logically, how could they understand each other? Telepati? Jika kesudahannya dilakukan dubbing, kenapa tidak sekalian menggunakan bintang film lokal? Selain kurang menyeluruh (di daerah umum, crowd terdengar menggunakan Bahasa Vietnam), kualitas dub-nya pun jelek entah dari sound mixing saat bunyi tidak membaur dengan lingkungan atau voice acting kala pengisi bunyi gagal mengekspresikan emosi secara tepat. Makin menggelikan mendapati pilihan diksinya. Apa masuk nalar jikalau penjahat bengis macam Chutian punya gaya bicara kolam preman pasar kampung?
Dalih bahwa "kelemahan teknis, kisah dan akting bukan duduk perkara bagi film aksi" tidak berlaku lantaran selama durasi 91 menit, adegan perkelahian cuma tampil sesekali. Sisanya yaitu siksaan bersumber dialog menggelikan seputar cinta segitiga, pemeriksaan ngawur kepolisian, hingga drama persaudaraan mentah. Walau demikian, kapasitas Vo Thanh Tam unjuk gigi jurus bela diri cukup mumpuni, hanya saja penyutradaraan Daud Radex maupun camerawork duo sinematografer Freddy Adhie dan Dharma Yoo berhenti di taraf dokumentasi daripada menguatkan artistik atau membangun intensitas. Bahkan mereka menentukan trik kamera dan kabel penggantung ketimbang memanfaatkan kebolehan olah badan Sunny Pang. 

Porsi agresi terbesar hadir di klimaks. Eksekusinya medioker, namun saking buruknya poin lain film, momen itu terasa menghibur. Setidaknya, akhirnya, ada baku hantam sesudah kebosanan berkepanjangan. Metode abjad John dalam menggarap filmnya (asal mengarahkan aktor, seenaknya mengubah naskah seenaknya, minimnya persiapan) jadi terkesan meta, di mana saya takkan terkejut bila Hitam & Putih digarap dengan etos kerja serupa. Ada satu adegan yang mengingatkan pada Headshot, memperlihatkan Sunny Pang merokok sembari menatap masbodoh ke bawah. Mungkin para pembuat filmnya melihat itu di trailer kemudian berkata "Ayo buat film berisi Sunny Pang merokok, sisanya bagaimana itu duduk perkara belakangan".


Ticket Sponsored by: Bookmyshow ID & Indonesian Film Critics

Belum ada Komentar untuk "Hitam & Putih (2017)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel