2 Guns (2013)
Setelah menuytradarai sebuah action-thriller berkualitas standar berjudul Contagion tahun lalu, sutradara asal Islandia Baltasar Kormakur kembali berusaha membuat sebuah sajian action menghibur berjudul 2 Guns. Kembali dibintangi Mark Wahlberg yang kali ini berduet dengan Denzel Washington, 2 Guns yaitu sebuah pembiasaan dari novel grafis berjudul sama. Kali ini Baltasar Kormakur tidaklah menyajikan sebuah film agresi yang eksplosif dan serius tapi merupakan sebuah action berbalut komedi yang mengetengahkan tema buddy cop sebagai sajian utamanya. Tentu saja yang paling menjadi daya tarik di film ini yaitu melihat bagaimana kerja sama antara Wahlberg dan Washington. Mark Wahlberg telah bermain di beberapa action-komedi termasuk yang paling gres dalam Pain & Gain milik Michael Bay. Sedangkan Denzel Washington yaitu pemain film yang identik dengan peran-peran serius, maka menarik dilihat bagaimana kerja sama keduanya berjalan disini.
Bobby (Denzel Washington) dan Stigman (Mark Wahlberg) yaitu pasangan yang bekerja sama melaksanakan banyak sekali kejahatan termasuk transaksi narkoba. Suatu hari sehabis gagal bertransaksi dengan seorang drug lord berjulukan Papi Greco (Edward James Olmos) keduanya ditangkap di perbatasan Amerika dan Meksiko. Dari situlah perlahan kita tahu bahwa sesungguhnya mereka berdua yaitu biro yang tengah menjalani misi penyamaran. Bobby merupakan biro DEA sedangkan Stigman yaitu anggota angkatan bahari Amerika. Mereka memiliki misi masing-masing untuk mendekati Papi Greco namun sama-sama tidak tahu bahwa sebetulnya satu dan yang lain merupakan biro yang tengah menyamar. Untuk menjebak Papi Greco, Bobby dan Stigman berencana merampok bank kawasan Papi menyimpan uangnya dengan tujuan menangkap sang drug lord atas tuduhan pembersihan uang. Namun apa yang mereka dapatkan justru sebuah kejutan mengenai konspirasi-konspirasi lebih besar yang terjadi di sekitar mereka dan membuat keduanya dalam posisi tersudut. Kini Bobby dan Stigman harus bekerja sama melawan banyak sekali pihak mulai dari Papi Greco, Angkatan laut, sampai biro CIA korup yang kejam, Earl (Bill Paxton).
Sekali lagi saya merasa bahwa tidak menyaksikan trailer maupun mencari tahu lebih dalam wacana sinopsis dari suatu film sebelum menontonnya yaitu keputusan yang tepat, alasannya yaitu akan ada beberapa kejutan yang cukup menarik dalam 2 Guns yang ternyata telah diungkap dalam trailer dan beberapa bahan promosinya. Dengan ketidak tahuan tersebut saya pun dibentuk cukup terhibur dengan beberapa kejutan mengenai identitas sesungguhnya dari Bobby dan Stigman yang sama-sama merupakan biro undercover. Diluar kejutan tersebut sebetulnya tidak ada hal gres dalam kisah film ini. Kisahnya sederhana wacana orang-orang yang terlibat dalam situasi terjepit dan berusaha membersihkan nama baik mereka. Tapi yang menjadi daya tarik utama dari 2 Guns memang bukanlah kisah dan bukan pula rentetan adegan agresi eksplosif pemacu adrenaline, melainkan kombinasi tepat dari Mark Wahlberg dan Denzel Washington. Wahlberg sebagai Stigman yang selalu mengoceh dan menarik hati perempuan yaitu huruf yang bisa memancing tawa. Kombinasinya dengan Bobby milik Denzel selalu berhasil membuat interaksi menarik lewat rentetan obrolan kocak yang seringkali punya konten tidak penting namun selalu berhasil memancing tawa.
2 Guns yaitu sebuah pola bagaimana potensi utama buddy cop yang terletak pada karakterisasi dua pemeran utamanya yang saling mengisi digarap dengan baik. Kombinasi tepat tersebut berhasil membuat keduanya menjadi huruf yang gampang disukai penonton. Saya tidak terlalu terkejut dengan Mark Wahlberg yang memang sudah memiliki gayanya tersendiri untuk mengemban tugas komedi, namun agresi Denzel Washington disini lebih mengejutkan saya. Dia memang pemain film hebat, namun sebagai Bobby beliau dituntut bisa menonjolkan sisi komedi disaat ia harus menjadi seorang kriminal penuh gaya yang banyak omong. Denzel pun bisa memperlihatkan dua sisi pada huruf Bobby, yakni Bobby sang kriminal bergigi emas yang selalu tersenyum lebar dan Bobby si anggota DEA yang tengah dilanda kasus dan terpojokkan. Pembawaan menarik mereka berdua yang dipadukan dengan naskah penuh obrolan kocak yang bagaikan versi "lembut" dari obrolan ala Tarantino mampu menghasilkan rangkaian tawa demi tawa yang menyenangkan. Belum lagi beberapa sentuhan komedi hitam yang tidak kalah lucu makin membuat 2 Guns menjadi sebuah buddy cop movie yang sangat menghibur tanpa perlu mengumbar terlalu banyak ledakan.
Klimaks film inipun tergarap dengan begitu baik dan boleh dikatakan sebagai titik puncak yang gila disaat empat kubu yang terlibat konflik sepanjang film saling bertarung satu sama lain. Akan ada cukup banyak plot hole tapi semua itu terlupakan berkat keseruan dan kegilaan tanpa henti yang memuncak pada titik puncak tersebut. Andai saja sosok Bill Paxton lebih dimaksimalkan lagi saya rasa tensi filmnya akan jauh lebih menarik, alasannya yaitu disini Paxton selalu berhasil mencuri perhatian lewat karakternya yang intimidatif dan kejam. Melihat hasil karya Baltasar Kormakur sebelumnya yakni Contraband, saya sesungguhnya tidak terlalu tertarik dan berekspektasi tinggi terhadap film ini alasannya yaitu menduga 2 Guns hanyalah sebuah buddy cop standar yang mengandalkan adegan agresi tanpa henti sebagai sajian utamanya. Tapi ternyata 2 Guns tidaklah seserius dan semembosankan itu bahkan sebaliknya merupakan tontonan penuh kesenangan dimana mulai dari sang sutradara sampai kedua pemain film utamanya terlihat sedang bersenang-senang dalam memperlihatkan kesenangan kepada penontonnya. Melihat 2 Guns pun saya tersadar bahwa tidak ada satupun instansi yang terbebas dari korupsi, dimanapun instansi tersebut berada.
Belum ada Komentar untuk "2 Guns (2013)"
Posting Komentar