Guardians Of The Galaxy (2014)

Kehebatan Marvel Studios dalam merangkum cinematic universe milik mereka memang tidak diragukan lagi. Satu hal yang paling mengagumkan yakni bagaimana mereka bisa mengakibatkan superhero kelas B menjadi kelas A sehabis diangkat kedalam film. Sebagai contoh, sebelum tahun 2008 sosok Iron Man terang kalah kelas jikalau dibandingkan Spider-Man maupun para mutan X-Men. Tapi lihat kini dimana film sang insan besi memperoleh pendapatan jauh diatas superhero-superhero tersebut. Tapi semoga bagaimanapun proyek Guardians of the Galaxy tetap menjadi salah satu proyek paling risky dari Marvel. Iron Man mungkin bukan superhero kelas A, tapi setidaknya namanya sudah cukup dikenal, berbeda dengan Guardians of the Galaxy yang begitu asing. Saya sendiri gres mengetahui wacana tim superhero ini ketika Marvel mengumumkan rencana pembuatan filmnya empat tahun lalu. Hal ini mungkin masuk akal saja alasannya GOTG gres dibentuk kembali komiknya pada tahun 2008 kemudian (versi pertamanya terbit dari tahun 1969 hingga 1995).  Makara apakah perjudian besar Marvel lewat gelontoran bujet $170 juta bagi kisah superhero kelas C ini akan sukses?

Pada tahun 1988, Peter Quill yang masih bawah umur diculik oleh sebuah pesawat alien milik Yondu Udonta (Michael Rooker) di malam ketika sang ibu meninggal dunia. Selang 23 tahun kemudian, Peter (Chris Pratt) telah menjadi cuilan dari kelompok cecunguk berjulukan Ravager yang dipimpin oleh Yondu dengan memakai nama Star Lord. Pada sebuah kesempatan ia mendatangi planet kosong berjulukan Morag untuk mengambil sebuah watu misterius guna dijual dengan harga mahal. Tapi ternyata watu tersebut menyeretnya ke dalam permasalahan yang lebih besar disaat Ronan the Accuser (Lee Pace) yang merupakan alien kree radikal juga menginginkan watu tersebut alasannya perjanjian yang ia buat dengan Thanos (Josh Brolin). Untuk itulah Ronan mengutus Gamora (Zoe Saldana) yang tidak lain yakni puteri angkat Thanos untuk mengambil watu tersebut dari Peter. Tapi ternyata yang ingin memburu Peter tidak hanya Gamora, alasannya duo bounty hunter yakni seekor rakun yang bisa bicara berjulukan Rocket (disuarakan Bradley Cooper) dan sebuah pohon hidup berjulukan Groot (disuarakan Vin Diesel) juga ingin menangkap Peter demi uang hadiah. Kekacauan terjadi dan mereka jadinya harus mendekam dalam penjara. Disanalah mereka ditambah Drax the Destroyer (Dave Bautista) bersatu tidak hanya untuk keluar dari penjara tapi juga untuk menghalangi Ronan mendapat watu yang konon punya kekuatan luar biasa tersebut.

Marvel tetaplah Marvel yang punya ciri berpengaruh dalam tiap filmnya. Mungkin Marvel Cinematic Universe tidak punya dongeng sekompleks dan eksplorasi huruf sedalam trilogi TDK milik Nolan, tapi film-filmnya selalu punya daya tarik dalam hal menunjukkan hiburan seru yang ringan dan penuh komedi segar serta adegan agresi memikat, hal itulah yang benar-benar dimaksimalkan disini dan jadi kunci kesuksesan GOTG. Kelima huruf utamanya tidak punya kisah latar belakang yang dieksplorasi mendalam. Kita hanya tahu Gamora diangkat anak dan dilatih oleh Thanos sehabis keluarganya dibunuh, istri dan anak Drax dibunuh oleh Ronan, Rocket yakni hasil uji coba dari rakun, dan Groot entahlah. Peter Quill punya sedikit backstory tapi juga tidaklah terlalu mendalam. Jalinan ceritanya pun sangat sederhana, bahkan terbilang dangkal dengan lubang di dalamnya. Bahkan jikalau dibandingkan Captain America: The Winter Soldier maupun Iron Man 3 kedalaman dongeng film ini jauh di bawah keduanya. Tapi beruntunglah film ini mempunyai James Gunn, seorang sutradara dengan visi yang nyeleneh serta tahu caranya bersenang-senang sendiri sambil membuat penonton ikutan senang. Naskah yang ia tulis bersama Nicole Perlman penuh dengan banter obrolan yang begitu lucu antar karakternya. Gunn merangkum obrolan mereka dengan timing yang selalu sempurna, membuat interaksi demi interaksi yang luar biasa menarik. Penempatan komedi yang tepat yakni kelebihan film ini tidak menyerupai Thor: The Dark World yang seringkali salah daerah dalam sentuhan komedinya.

Guardians of the Galaxy sanggup membuat saya tidak hentinya tertawa melihat kelima huruf utamanya yang dengan kelucuan (baca: kebodohan) masing-masing selalu punya hal menarik untuk dikatakan. Tentu saja karakterisasi masing-masing dari mereka turut berperan. Mungkin latar belakangnya tidak dalam, tapi ciri khas mereka begitu kuat, entah itu Peter Quill yang eksentrik dan bodoh, Rocket yang seenaknya sendiri, Groot yang hanya bisa bicara "I am Groot", Drax si maniak yang selalu mengartikan setiap kata secara harafiah layaknya kamus, hingga Gamora yang sial harus bergabung dengan para "Idiot of the Galaxy" semuanya mempunyai momen menarik dan lucunya masing-masing. Akting mereka pun memuaskan. Chris Pratt dengan ekspresi jenakanya bakal menjadi pengganti sepadan jikalau kelak Robert Downey Jr. tidak lagi bersama Marvel. Zoe Saldana tepat alasannya meski bertubuh hijau dan seorang pembunuh mematikan ia tidak kehilangan sisi femininnya. Dave Bautista yang notabene berasal dari WWF terang cocok menjadi maniak meski kemampuannya melucu jadi kejutan menyenangkan. Bradley Cooper dan Vin Diesel meski hanya mengisi bunyi pun terasa mengesankan. Cooper mengakibatkan Rocket yang banyak bicara jadi begitu menarik disaat Vin Diesel mengakibatkan tiga kata yang diucapkan Groot tetap "bermakna". 
Tapi GOTG tidak hanya melulu soal komedi alasannya James Gunn benar-benar memaksimalkan bahan yang diberikan padanya. Sekelompok superhero dengan sosok dan kepribadian gila lengkap dengan setting luar angkasa benar-benar dimaksimalkan oleh Gunn,. Berbeda dengan DC yang lebih mengutamakan realisme, desain huruf dalam MCU lebih setia dengan versi komiknya, dan berkat itulah GOTG jadi begitu menarik secara visual. Gunn tidak perlu menahan diri untuk jadi lebih realis, alasannya toh filmnya ber-setting di luar angkasa, jadi ia pun bebas membuat tiap karakternya yang merupakan alien mempunyai desain gila nan menarik. Aspek visualnya yang penuh warna cerah juga memanjakan mata. Gabungan tepat imbas CGI keren dan setting yang dibangun secara konkret bisa bersinergi dengan amat indah disini. GOTG bagaikan Star Wars versi lebih colorful. Pertempuran yang terjadi di luar angkasa dengan setting cosmic penuh warnanya memang luar biasa. Belum lagi kehebatan James Gunn dalam merangkai tiap adegan agresi dengan begitu seru, entah itu adegan peperangan pesawat luar angkasa yang megah atau adegan sederhana ketika kerusuhan dalam penjara yang begitu keren. Yap, adegan prison riot itu merupaka salah satu adegan agresi favorit saya dalam sejarah Marvel Cinematic Universe.

Semua itu masih ditambah dengan isian soundtrack berisikan lagu-lagu dari abad 60-an dan 70-an yang begitu menghentak memanjakan telinga. Mulai dari Hooked on a Feeling milik Blue Swede hingga Cherry Bomb-nya The Runaways berhasil menambah aura "keren" dari masing-masing adegannya. Semua aspek-aspek diatas berhasil mengakibatkan Guardians of the Galaxy menjadi film superhero yang meskipun luar biasa gila tapi juga luar biasa seru dan keren. Mungkin terasa dangkal tapi saya tetap begitu menikmati film ini meski ke depannya saya berharap Marvel bisa lebih banyak menunjukkan kedalaman pada film-filmnya. Tapi toh jajaran kriminal yang gila dan nyentrik cocok dikemas dengan tone yang menyerupai ini, biarlah keseriusan jadi porsinya Captain America. Kehadiran Thanos disini juga membuat saya semakin tidak sabar menantikan bagaimana jadinya GOTG bisa bertemu dengan Avengers di Bumi yang kemungkinan besar terjadi pada The Avengers 3 (2018?). Guardians of the Galaxy melanjutkan tren film-film MCU yang pasca menontonnya membuat saya antusias menanti rilisan berikutnya, dan yang terdekat yakni Avengers: Age of Ultron bulan Mei tahun 2015.

Belum ada Komentar untuk "Guardians Of The Galaxy (2014)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel