Leviathan (2014)

"Why do the righteous suffer?" Sebuah pertanyaan yang kalau dikaitkan dengan religiusitas bakal memunculkan banyak sekali balasan tergantung kepercayaan tiap-tiap orang. Akan ada yang menjawab alasannya Tuhan tidak adil. Ada pula yang menyebut bahwa hal itu menandakan ketiadaan Tuhan. Namun ada juga yang menyatakan bahwa penderitaan orang-orang baik itu merupakan ujian dari Tuhan. Anggapan terakhir berpendapat bahwa kalau semua orang baik selalu mendapat rezeki tiap kebaikan yang dilakukan, maka perbuatan baik hanya akan didorong oleh ego dan hawa nafsu. Pertanyaan menyerupai itu juga muncul dalam Book of Job, yang termasuk dalam kitab perjanjian lama. Buku tersebut mengisahkan seorang berjulukan bernama Job (dalam Islam ialah Nabi Ayyub) yang harus mendapat banyak sekali macam ujian berat dari Tuhan untuk menandakan keimanannya. Penderitaan pula yang jadi sorotan utama film ini.

Penanggung derita ialah Kolya (Aleksei Serebryakov), montir temperamental yang tengah berurusan dengan pengadilan ketika tanah beserta rumah kawasan ia tinggal akan segera disita oleh pemerintah. Kita familiar dengan dongeng ini, apalagi ketika diketahui adanya keterlibatan Walikota Vadim (Roman Madyanov) dalam perkara tersebut Vadim merasa tanah milik Kolya punya potensi besar sebagai lahan bisnis tapi hanya bersedia membayarnya dengan harga rendah. Makin berat usaha Kolya mempertahankan properti miliknya disaat Vadi memakai kekuasan yang ia miliki untuk mengontrol banyak pihak termasuk kejaksaan beserta sang hakim. Bahkan meski sudah dibantu oleh sahabatnya, Dmitri (Vladimir Vdovichenkov) yang merupakan pengacara dari Moscow, perlawanan Kolya di pengadilan tetap berujung jalan buntu. Sekali lagi, penonton tentu familiar dengan dongeng tersebut dan itulah yang menciptakan kita gampang terikat oleh film ini.
Andrey Zvyagintsev selaku sutradara dan penuis naskah (bersama Oleg Negin) menyoroti informasi sosial ihwal perbedaan kasta disini. Disaat Vadim selaku penguasa begitu kebal hukum, Kolya si rakyat jelata ialah korban hukum. Tidak hanya selalu tersudut di pengadilan, ia pun tidak mendapat derma yang layak menyerupai yang diperlihatkan ketika ia dan Dmitri berusaha mengurus laporan pada pihak kepolisian dan kejaksaan untuk melaporkan Vadim. Kita melihat pihak-pihak berwajib tidak ada di tempatnya (setidaknya itu yang mereka katakan), bahkan polisi justru menjebloskan Kolya ke dalam penjara sehabis terjadi keributan kecil. Kondisi sosial yang teramat jomplang ini diperlihatkan semakin berpengaruh oleh Zvyagintsev ketika kita diajak menelusuri secuil kehidupan sang Walikota. Vadim benar-benar mendapat semuanya berkat uang dan kekuasaan. Tidak hanya pihak hukum, tapi juga pemuka agama. Bahkan seorang Uskup jadi salah satu pendukung tindakan Vadim meski itu "hanya" ia lakukan lewat ceramah dengan makna tersirat dalam setiap kata.
Durasi yang mencapai 144 menit dari Leviathan digunakan untuk eksplorasi terhadap tiap sudut kehidupan Kolya pada momen penuh penderitaan tersebut. Seiring berjalannya waktu penonton menjadi saksi bagaimana roda kehidupan Kolya terus berputar. Tentu sedari awal ia sudah menghadapi dilema pengadilan yang pelik, tapi setidaknya Kolya tidak sendiri. Ada Dmitri yang membantu urusan hukum, ada pula sang istri kedua, Lilia (Elena Lyadova) yang meski tidak pernah rukun dengan sang putera tapi setia menemani suaminya, hingga teman-teman Kolya yang selalu membantunya di banyak sekali kesempatan. Tapi kemudian sahabat lama, istri tercinta, hingga teman-teman baik itu satu per satu mulai terlihat tidak menyerupai yang nampak di permukaan, kemudian makin menjerumuskan Kolya dalam kondisi yang membuatnya mempertanyakan keadilan dalam hidup. Kolya yang sedari awal digambarkan tidak hanya temperamental tapi juga berpengaruh ini perlahan hancur. 

Selain Kolya, hampir semua tokoh punya "status" : teman, istri, sahabat, walikota, Uskup, hakim. Tapi mereka semua bermuka dua. Dari luar mereka tampak menyerupai melaksanakan "tugasnya". Tapi dibalik itu ada kegiatan tersembunyi alasannya kesemuanya menutupi wajah mereka masing-masing dengan topeng yang gres akan diperlihatkan ketika terpengaruhi oleh iming-iming harta, kekuasaan, hingga nafsu. "The corrupted society' ialah sesuatu yang jadi salah satu informasi film ini, tidak peduli masyarakat yang dimaksud merupakan pihak penguasa ataupun rakyat jelata. Memang pada awalnya hanya menyerupai perlawanan rakyat melawan penguasa, tapi sehabis itu filmnya berjalan lebih kompleks dengan menunjukkan bahwa mereka orang biasa pun bukanlah sosok yang lebih benar dan mempunyai permasalahan sendiri. Judul filmnya sendiri merujuk pada monster Leviathan yang dalam Book of Job merupakan perlambang iblis. Disini pun monster itu sempat muncul termasuk ketika seorang aksara hendak bunuh diri, sekilas Leviathan diperlihatkan menyelam ke bahari seolah menggambarkan iblis yang tengah merayu manusia. 

Verdict: Tema yang diusung tidak gres tapi berhasil menghantam dengan perlahan, menghadirkan realita tragis yang menggigit di tengah dinginnya suasana. Andrey Zvyagintsev berniat mengomentari informasi sosial di Rusia yang berakhir sebagai sesuatu yang menjangkau secara universal.

Belum ada Komentar untuk "Leviathan (2014)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel