Dragon Ball Z: Resurrection F (2015)
Freeza merupakan salah satu kalau bukan villain terbaik yang dimiliki Dragon Ball. Sebelum kemunculan tokoh-tokoh menyerupai Cell atau Majin Boo, beliau menerima gelar yang terkuat di alam semesta. Sosoknya yang mempunyai empat wujud perubahan pun begitu ikonik. Belum lagi fakta bahwa Freeza banyak berperan dalam kejadian-kejadian penting di rentetan narasi Dragon Ball, contohnya: kehancuran Planet Vegeta, membunuh Bardock (ayah Goku), membunuh Kuririn, dan pastinya perubahan pertama Goku menjadi insan saiya super. Maka tidak mengherankan jikalau Akira Toriyama menentukan untuk menghidupkannya kembali pada film terbaru ini. Merupakan kelanjutan dari Battle of Gods, Resurrection "F" memang masih bertindak sebagai nostalgia dan tribute daripada murni sajian baru, sehingga mengembalikan Freeza ialah keputusan tepat.
Jadi bagaimana Freeza yang telah mati di tangan Trunks dan menerima siksaan berupa dikelilingi oleh boneka lucu serta para peri di neraka sanggup kembali? Tentu saja memakai Dragon Ball. Sorbet yang sepeninggal Freeza mengambil alih tampuk kekuasaan merasa kewalahan menghadapi aneka macam pemberontakan di planet kekuasaan mereka. Akhirnya ia pun memutuskan untuk mengumpulkan Dragon Ball di Bumi. Secara kebetulan, Dragon Ball tengah dicari oleh Pilaf, Mai dan Shu. Begitu kembali hidup, tujuan utama Freeza hanya satu, yakni membalas dendam pada Goku. Untuk itulah ia mulai berlatih selama beberapa bulan demi meningkatkan kekuatannya. Hal ini tak pernah dilakukan sebab Freeza terlahir sebagai petarung jenius yang tidak membutuhkan latihan untuk menjadi kuat. Disaat bersamaan, Goku dan Vegeta tengah berlatih bersama Whis, guru sekaligus pelayan bagi Beerus sang yang kuasa penghancur yang pertama muncul di Battle of Gods.
Beberapa poin plotnya memperlihatkan kesederhanaan, cenderung kearah escapism penuh penggampangan. Sebut saja cara Freeza sanggup kembali, dan bagaimana ia memperoleh kekuatan sampai sanggup mengimbangi Goku yang telah mencapai level legendary super saiyan. Tapi begitulah Resurrection "F". Para penggemar menyerupai saya akan kembali ke masa kecil. Maksudnya ialah kita dibentuk mendapatkan segala klarifikasi plot meski terkesan menggampangkan. Karena bawah umur memang cenderung lebih simpel mendapatkan pemaparan sederhana macam itu. Film lain mungkin bakal mengganggu, tapi saya mengenal Dragon Ball. Begitulah cara Akira Toriyama menuturkan kisahnya, dan saya sama sekali tidak keberatan. Begitu pula dikala Toriyama mengatakan jalan keluar instan lain macam perputaran waktu yang mengingatkan pada Superman mengitari Bumi untuk mengembalikan waktu. Tidak duduk kasus pula dikala alurnya setipis kertas dan lebih menitikberatkan pada pertarungan demi pertarungan.
Bagi penonton non-penggemar, mungkin film ini terasa repetitif dan membosankan. Tapi untuk fans lama, tiap pertarungan yang hadir menyimpan nostalgia. Sebelum Goku dan Vegeta tiba di medan pertempuran, kita disuguhi para z fighter lain terlebih dulu. Piccolo dan Gohan menyerupai biasa muncul, tapi kehadiran Tenshinhan, Kuririn (dengan kepala botaknya), bahkan Mutenroshi mengatakan kegirangan penuh kenangan. Mereka pun diberi spotlight moment guna memamerkan jurus ikonik masing-masing. Tiap jurus membawa saya terlempar lagi ke masa kemudian dikala komik Dragon Ball menjadi bacaan tiap hari bahkan sewaktu makan. Fans mana yang tidak tersenyum lebar menyaksikan Mutenroshi bertranformasi menjadi sosok berbadan kekar lagi? Sosok Mutenroshi berbadan kekar itulah yang menandai kemunculan pertama kamehameha. Komedinya pun lebih sanggup diapresiasi oleh penggemar daripada penonton awam. Saya tertawa dikala Tenshinhan berkata bahwa ia meninggalkan Yamucha sebab pertarungan ini terlalu berbahaya bagi dia.
Lebih dari itu, Tadayoshi Yamamuro selaku sutradara turut berhasil melakukan building tension. Kedatangan Freeza yang dihadapi oleh para z fighter dengan penuh keraguan sebelum kesudahannya mereka harus berjibaku melawan ribuan musuh sanggup memberi kesan ancaman. Ada ketegangan dikala filmnya berhasill menyiratkan akan terjadinya peperangan epic yang mempertaruhkan nasib Bumi. Saya pun ikut dibentuk cemas menantikan kepulangan Goku dan Vegeta sebagai keinginan terakhir untuk mengalahkan Freeza. Sayangnya, sehabis pembangunan tensi berpengaruh itu, saya kecewa dengan bagaimana klimaksnya dihantarkan. Pertempuran antara Goku versi legendary super saiyan melawan Golden Freeza terang menghibur, tapi bukan sajian epic seperti yang disiratkan.
Jika biasanya Dragon Ball identik dengan momen kebangkitan protagonisnya yang bertransformasi menjadi sosok super berpengaruh (biasanya versi upgrade dari super saiyan), kali ini hal itu tidak hadir. Goku sudah berubah sedari awal pertarungan, menciptakan versi super saiyan baru itu tidak memberi imbas lebih. Konklusinya semakin anti-klimaks dengan penggunaan aspek "perputaran waktu". Sebagai penggemar Vegeta saya kembali kecewa sebab sang antihero sekaligus rival Goku ini lagi-lagi tidak diberi porsi adil untuk bersinar. Saya pun hanya dibentuk berharap melihat kombinasi Goku-Vegeta (fusion mungkin?) Tapi sebagai nostalgia, film ini telah mengatakan kesenangan. Jika Battle of Gods bagai pesta kepulangan mitra lama, maka Resurrection "F" adalah dialog mengenang masa kemudian bersama sang kawan. Dua momen yang bergotong-royong sanggup dilakukan bersamaan, tapi tetap menyenangkan.
Belum ada Komentar untuk "Dragon Ball Z: Resurrection F (2015)"
Posting Komentar