The Mummy (2017)

Shared universe sekarang tengah merajalela di Hollywood. Tren satu ini seolah menunjukan kepercayaan diri pihak studio akan franchise mereka, meski seringkali pula sekedar latah tanpa perencanaan jelas. Diawali oleh Marvel, kini DC/Warner Bros, Transformers, hingga MonsterVerse milik Legendary Pictures yang mengadu Godzilla dengan King Kong turut mengikuti. Di antara semuanya, jalan Universal dalam meluncurkan Dark Universe berisi sekumpulan huruf monster klasik terhitung paling terjal. Berniat memulai semenjak 2014 lewat Dracula Untold, kualitas mengecewakan ditambah pendapatan biasa-biasa saja membatalkan planning tersebut. 

Tiga tahun berselang, kiprah mengawali franchise diemban The Mummy garapan Alex Kurtzman (People Like Us), di mana Tom Cruise berperan sebagai Nick Morton, seorang militer Amerika Serikat yang tengah bertugas di Irak. Ambisi menemukan harta karun terpendam justru mendorong Nick bersama arkeolog berjulukan Jenny (Annabelle Wallis) pada inovasi sarkofagus peninggalan kerajaan Mesir. Tanpa keduanya tahu, di dalamnya terdapat kutukan hasil perjanjian Puteri Ahmanet (diperankan dengan kombinasi tepat antara karisma dan sensualitas milik Sofia Boutella) dengan Seth sang Dewa Kegelapan yang dahulu membuat pertumpahan darah akhir perebutan kekuasaan. 
Keseruan, ketegangan, kesenangan. Tiga poin tersebut substansial membangun blockbuster, dan kentara ada perjuangan menyatukan ketiganya. Namun problem timbul kala Kurtzman kurang cakap mengatur tone terlebih soal komedi. Kurtzman tak arif memainkan punchline, membiarkan selipan humor di naskah berlalu tanpa penekanan. Contohnya dikala Jenny mengungkapkan bahwa Nick ialah orang baik alasannya berkorban menyerahkan satu-satunya parasut pada Jenny, yang kemudian dijawab singkat oleh Nick, "aku kira ada dua parasut". Pengadeganan Kurtzman memancing kebingungan. Apakah itu momen komedik? Ataukah serius yang menyatakan jikalau Nick tak sebaik dugaan Jenny? 

Keberadaan Tom Cruise untungnya tidak mengecewakan menolong. Sang pemeran bisa menyeimbangkan penampilan meyakinkan sebagai action hero tangguh dan pembawaan komedik. Bukan kali pertama Cruise memamerkan talenta tersebut, bukan pula yang tergila (masih dipegang Tropic Thunder), tapi melihatnya dihempaskan oleh Sofia Boutella atau mendapatkan tendangan dari Annabelle Wallis tepat di wajah nyatanya luar biasa menghibur. Pun walau urung dimanfaatkan maksimal, fakta bahwa Nick bukan one-man army layaknya banyak huruf Cruise lain, pula sedikit menyentuh ranah antihero di paruh awal, membuatnya menarik. Masih menghabiskan lebih banyak didominasi waktu berlarian (like Tom Cruie always does in his movies), Nick lebih sering tak berdaya menghadapi Ahmanet, setidaknya sebelum klimaks.
Kelemahan terbesar The Mummy terletak pada inkonsistensi terkait tensi. Diawali flashback ke Mesir kuno, daya tarik meningkat kala Ahmanet pertama kali beraksi di dunia modern, mengumpulkan pasukan menggunakan cara yang mengingatkan akan Lifeforce-nya Tobe Hooper. Reference lain bagi horor klasik hadir sewaktu Vail (Jake Johnson) "menghantui" Nick guna mengingatkannya akan teror yang segera menyerang. Situasi abstrak itu dikemas menggelitik, sebagaimana situasi serupa di An American Werewolf in London. Lalu tensi menurun, bahkan mencapai titik nadir sewaktu film berkutat di pertemuan Nick dengan Dr. Henry Jekyll (Russell Crowe). Momen itu berlangsung usang tetapi tanpa injeksi emosi maupun pelengkap informasi. Apa sebetulnya organisasi yang Jekyll pimpin misalnya, tak pernah diungkap. 

The Mummy gemar memancing antisipasi penonton hanya untuk kemudian memberi payoff mengecewakan. Sewaktu Ahmanet bergerak mengerahkan segenap kekuatannya, kita kolam dijanjikan suatu epic finale showdown berisi kehancuran masif London. Namun alih-alih kekacauan berskala besar, titik puncak sekedar diisi pertarungan satu lawan satu ala kadarnya antara Nick melawan Ahmanet. Trio penulis naskah kelas wahid David Koepp (Spider-Man, Panic RoomChristopher McQuarrie (The Usual Suspects, Mission: Impossible - Rogue Nation), dan Dylan Kussman pun bagai terlampau malas merangkai resolusi meyakinkan, menambah kesan antiklimaks pergulatan dua tokohnya. 

Belum ada Komentar untuk "The Mummy (2017)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel