The Attack (2012)

Apa yang diangkat dalam The Attack oleh Ziad Doueiri ini ialah satu dari sekian imbas yang terjadi jawaban konflik antara Israel dengan Palestina. Semenjak perkara bom bunuh diri yang dilakukan oleh Wafa Idris pada 27 Januari 2002 sudah ada banyak perkara bom bunuh diri lain yang dilakukan oleh pihak Palestina termasuk para perempuan yang menjadikan diri mereka sebagai martir dalam sesuatu yang mereka anggap usaha terhadap penindasan Israel atau sanggup dibilang sebuah bentuk jihad bagi mereka. The Attack sendiri mengangkat dongeng tersebut dimana akan ada dongeng ihwal insiden bom bunuh diri yang pelakunya ditengarai merupakan seorang perempuan Palestina. Ziad Doueiri yang menjadi sutradara sekaligus penulis naskah film ini sendiri mungkin belum dikenal luas namanya, namun pengalamannya sebagai salah seorang juru kamera dalam film-film Quentin Tarantino menyerupai Reservoir Dogs dan Pulp Fiction. Setidaknya dari fakta bahwa ia pernah bekerja bersama salah satu sutradara terbaik dalam film terbaiknya (baca: Pulp Fiction) menciptakan karya seorang Ziad Douieri patut untuk dinantikan.

Karakter sentral dalam film ini ialah Amin Jaafari (Ali Suliman), seorang dokter bedah Arab yang tinggal di Tel Aviv bersama istrinya, Siham Jaafari (Reymond Amsalem). Amin ialah seorang dokter bedah yang sangat sukses dimana ia juga gres saja mendapatkan sebuah penghargaan tertinggi bagi seorang dokter bedah. Bisa dibilang tingkatannya sama dengan Oscar bagi seorang aktor. Suatu hari terjadi sebuah insiden pengeboman di sebuah restoran yang menewaskan banyak rakyat Israel termasuk bawah umur yang tengah menghadiri pesta ulang tahun. Amin sendiri menjadi disbukkan sebab banyaknya korban dalam insiden tersebut. Namun sesampainya dirumah seusai bertugas sang istri belum juga pulang dari kunjungannya ke rumah sang kakek. Pagi harinya Amin dibangunkan oleh sebuah telepon yang memintanya segera ke rumah sakit. Mengira ada pasien darurat ternyata Amin dihadapkan pada mayat istrinya yang tewas mengenaskan jawaban ledakan bom. Namun ternyata pihak kepolisian mewaspadai bahwa Siham ialah pelaku bom bunuh diri tersebut. Amin yang tidak begitu saja percaya dan masih karam dalam sedih berusah mencari kebenaran dibalik final hidup sang istri.

Film dengan tema menyerupai The Attack ini akan mengakibatkan pertanyaan sebelum menontonnya, yakni apakah film ini akan lebih memihak kepada pihak Israel yang menjadi korban pengeboman, pada pihak pelaku bom bunih diri dimana mereka berusaha membalas kebrutalan pihak Israel, atauhkah berusaha tampil netral? Jawabannya ialah yang ketiga. Zaid Douieri berusaha meng-capture banyak hal dalam filmnya ini. Disatu sisi kita akan melihat bagaimana tragisnya nasib mereka yang menjadi korban pengeboman meskipun bukan hal tersebut yang jadi fokus utama. Disisi lain ada dua aspek yang lebih banyak menyita fokus film ini yakni pencarian Amin terhadap kebenaran dibalik final hidup istrinya serta hal apa yang melatar belakangi para pelaku bom bunuh diri dalam menjalankan aksi mereka tersebut. Dari penelusuran yang dilakukan Amin kita akan diajak melihat bagaimana rasa sedih nan rumit dimana seorang suami tengah kehilangan istrinya dalam kondisi yang tragis namun disisi lain ada juga kegundahan mengingat status istrinya yang diduga sebagai pelaku bom bunuh diri. Kita diajak mengikuti bagaimana rumitnya perasaan Amin disini hingga kesudahannya ia melaksanakan penyelidikan terhadap jejak-jejak yang ditinggalkan Siham sebelum kematiannya. Akting mumpuni Ali Suliman juga turut membantu meningkatkan sisi emosional konflik tersebut.
Seperti yang juga sudah saya sebutkan, Zaid Douieri juga berusaha menelusuri isi kepala mereka yang melaksanakan bom bunuh diri. Apa bahu-membahu yang ada di benak mereka hingga rela meledakkan diri mereka dan merenggut nyawa banyak orang termasuk bawah umur yang tidak bersalah? The Attack tidak akan menyatakan bahwa perbuatan mereka benar ataukah salah melainkan mencoba mendalami apa yang melatar belakangi perbuatan tersebut. Perkara perbuatan tersebut benar atau salah dikembalikan lagi pada kita para penonton. Namun sayangnya hal tersebut kurang berhasil tersaji secara maksimal disini. The Attack tidak menampilkan bagaimana penderitaan rakyat Palestina yang pada kesudahannya memicu mereka untuk melaksanakan serangan bom bunuh diri tersebut. Oke, mungkin konflik tersebut memang merupakan konflik yang sudah diketahui oleh masyarakat luas ihwal bagaimana menderitanya mereka di tengah aksi yang dilakukan pihak Israel, namun akan lebih mengena kalau ada beberapa momen yang dipakai untuk menawarkan hal tersebut. Sosok Siham pun kurang disoroti secara lebih jauh selain lewat beberapa flashback yang menjadikan sosoknya tidak lebih hanyalah kepingan masa kemudian dari kehidupan Amin.

Pada kesudahannya hal tersebut menciptakan ikatan emosional yang ada dalam film ini terasa kurang mendalam. Pada awalnya kita sanggup cukup terbawa pada rasa perih dan gejolak dalam diri Amin, namun disaat beliau mulai melaksanakan pencarian, pencarian tersebut terasa kosong dan seolah tanpa tujuan sebab sosok Siham yang terasa "asing" bagi saya. The Attack diawali dengan meyakinkan, namun sehabis memasuki pertengahan dimana Amin mulai melaksanakan pencariannya greget film ini jauh berkurang. Termasuk pada penggalan ending yang seharusnya sanggup terasa begitu miris dan menyayat pun berakhir biasa saja. Bukan sebuah film yang buruk, apalagi The Attack sanggup menghadirkan sudut pandang netral yang tidak memihak, membenarkan atau menyalahkan siapapun. Dan pada kesudahannya ini bukanlah sebuah film yang dijadikan sebagai agenda politis melainkan murni penelusuran emosi secara personal pada karakter-karakter yang ada. Sayangnya kerumitan yang muncul baik dalam kedalaman emosi maupun konfliknya terasa kurang maksimal di hasil akhir.

Belum ada Komentar untuk "The Attack (2012)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel