Oldboy (2013)
Membuat remake bisa dibilang bukanlah keputusan yang "bijak", apalagi jikalau film aslinya yaitu film legendaris, salah satu yang terbaik atau bahkan sebuah cult. Pengecualian mungkin ada pada Evil Dead tapi itupun sebab Sam Raimi si pembuat film aslinya terlibat sehingga para fans tidak terlalu menghujak pembuatan film tersebut. Maka dari itu pembuatan remake bagi Oldboy milik Park Chan-wook yang sering disebut sebagai salah satu film Korea terbaik sepanjang masa banyak menuai protes dan kontroversi. Film yang dirilis tahun 2003 tersebut memang film yang andal sebab bisa menggabungkan kisah yang mendalam dengan kesadisan tingkat tinggi nan stylish. Namun Park Chan-wook mampu menjadikan keburtalan dalam filmnya bukan sebagai tempelan semata tapi juga sesuatu yang esensial dan memang dibutuhkan dalam kisah wacana pembalasan dendam itu. Maka dari itu keraguan begitu besar hinggap ketika mendengar bahwa remake dari Oldboy akan dibentuk oleh Spike Lee. Lee boleh saja seorang sutradara yang cukup berjaya di Oscar namun semoga bagaimanapun tetap saja ia lebih dikenal lewat fim-film drama bertemakan isu-isu sosial dan politik dibandingkan thriller menegangkan penuh kebrutalan layaknya Oldboy. Jadi jikalau pada jadinya film ini gagal total baik secara kualitas maupun finansial dimana remake ini menjadi box office bomb setelah hanya bisa meraup tidak hingga $5 juta dari total bujet $31 juta, saya tidaklah terlalu terkejut.
Menggantikan sosok Oh Dae-su ada Joe Doucett yang dimainkan oleh Josh Brolin, seorang laki-laki pemabuk yang bekerja di bidang pemasaran. Tapi sebab hobinya mabuk itu pekerjaan Joe tidak berjalan lancar termasuk ketika ia kedapatan menarik hati pacar kliennya dan menciptakan Joe kehilangan proyek yang sudah hampir deal. Tentu saja bagi yang sudah menonton versi aslinya akan tahu bahwa yang terjadi berikutnya yaitu Joe harus mendekam di dalam sebuah ruangan menyerupai motel tanpa tahu alasan kenapa ia dikurung, dimana ia dikurung, dan siapa yang mengurungnya. Setelah menghabiskan 20 tahun hidup dengan hanya ditemani televisi dan beberapa lembar kertas serta makan pangsit setiap hari, Joe tiba-tiba dibebaskan lagi-lagi tanpa tahu alasan kenapa ia mendadak bebas sesudah 20 tahun. Dari situlah Joe mencoba mencari siapa dalang dibaik semua ini termasuk usahanya bertemu kembali dengan sang puteri sesudah sebelumnya Joe difitnah telah membunuh istrinya sendiri. Dalam pencariannya itu Joe juga dibantu oleh seorang petugas medis berjulukan Marie Sebastian (Elizabeth Olsen). Pada jadinya naskah yang ditulis oleh Mark Protosevich meski merubah beberapa hal tetap saja tidak merubah garis besar kisah yang ada sehingga bagi yang sudah menonton film aslinya niscaya sudah tahu akan dibawa kemana film ini nantinya.
Oldboy seperti dibentuk khusus bagi mereka penonton mainstream Amerika yang belum menonton versi Park Chan-wook. Bagaimana tidak? Oldboy sejatinya yaitu drama yang dibumbui misteri pekat yang pada jadinya menjadikan sebuah twist mengejutkan. Lalu apa yang terjadi jikalau misteri serta kejutan tersebut secara umum dikuasai diulangi kembali dalam remake ini? Tentu saja bagi penonton menyerupai saya yang sudah menonton film aslinya akan tidak lagi merasa tertarik dan terikat dengan misterinya meski di beberapa penggalan tetap ada sedikit perubahan dan penambahan twist yang pada jadinya terasa sebagai perjuangan frustasi dan Lee dan Protosevich guna menawarkan perbedaan antara remake dengan film aslinya. Beberapa twist tambahan tersebut terasa hanya berlalu begitu saja tanpa ada impact yang besar meski harus saya akui beberapa diantaranya terasa cukup fresh dan mengejutkan tapi ya hanya sebatas itu. Karena pada jadinya ada satu hal yang paling tidak dipahami oleh Spike Lee maupun Mark Protosevich dalam mengemas film ini yaitu segala aspek yang selalu penuh esensi dalam karya Park Chan-wook. Oldboy-nya Park Chan-wook bukan sekedar sajian thriller penuh kekerasan dan twist yang mengejutkan. Kekerasannya punya esensi dan memang dibutuhkan dalam menghadirkan sebuah film mengenai balas dendam dan pencarian kebenaran yang dilakukan oleh mereka orang-orang yang terluka.
Kemudian jikalau bicara twist, apa yang dihadirkan Park Chan-wook bukanlah sekedar kejutan besar tap juga punya efek yang begitu faktual pada aspek emosi filmnya. Siapa yang tidak merasa miris ketika tahu kejutan dibalik film Oldboy? Sedangkan apa yang dilakukan oleh remake-nya ini hanyalah berusaha sebisa mungkin menciptakan penonton terkejut tanpa menawarkan kedalaman emosi yang signifikan. Tentu saja ini yaitu tindakan lancang yang cukup menodai status legendaris dari film aslinya yang juga sudah menjadi sebuah cult film. Bahkan jikalau kita berbicara aspek kekerasannya lagi, apa yang dimunculkan oleh remake Spike Lee ini sangat tidak esensial. Memang di beberapa penggalan adegan kekerasan berdarahnya cukup brutal dan menghibur, namun malah momen brutal nan esensial dari film aslinya beberapa dihilangkan dalam film ini, termasuk adegan pemotongan pengecap yang tidak hanya menyakitkan namun juga menambahkan rasa miris ketika menonton kisah tragis yang hadir. Malah pemotongan pengecap itu ditempatkan di penggalan lain. Lihat juga bagaimana Lee menghadirkan pertarungan antara Joe melawan puluhan orang di sebuah lorong dimana Joe hanya bersenjatakan sebuah palu. Dalam versi Park Chan-wook, adegan tersebut disajikan dengan sebuah shot panjang yang brutal namun terkesan realistis dimana kita bisa ikut mencicipi ketegangan dan melihat bagaimana emosi dan kekacauan yang terjadi dalam pertarungan tersebut. Kita bisa menyaksikan bagaimana Oh Dae-su maupun lawan-lawannya terlihat begitu kelelahan hingga menciptakan adegan tersebut begitu faktual dan menjadi salah satu adegan pertarungan terbaik sepanjang sejarah film.
Sedangkan apa yang dihardirkan Spike Lee terlihat begitu konyol. Lee terlihat berusaha menambah tingkat "kegilaan" adegan tersebut dengan membuatnya terjadi dalam dua lokasi dan mengumbar darah lebih banyak. Apa yang tersaji disini yaitu perjuangan untuk menjadikan adegan itu semakin brutal dan semakin stylish namun semakin membuatnya menjauh dari kesan realistis yang dipunyai versi Park Chan-wook. Josh Brolin juga gagal menciptakan saya percaya bahwa ia tengah berada di tengah pertarungan yang begitu brutal, menegangkan dan menyakitkan. Adegan itu juga muncul tanpa set-up dan begitu tiba-tiba menyerupai ketika kita akan memulai fighting game. Bahkan ketika menonton awal adegan ini, kata-kata yang terbersit dalam otak saya yaitu "Round 1...Fight!". Spike Lee memang masih menyelipkan beberapa tumpuan terhadap film aslinya menyerupai kemunculan gurita dan aksesoris sayap yang akan menciptakan penonton yang sudah menyaksikan versi Korea-nya tersenyum simpul, tapi semua itu belumlah menjadi bentuk penghormatan yang cukup apalagi sebab Lee menghilangkan banyak sekali momen esensialnya. Namun satu hal lagi yang benar-benar menjadi pembeda antara remake ini dengan film aslinya yaitu menghilangnya kedalaman emosi dari karakter-karakter utama khususnya dari sosok villain-nya. Lee Woo-jin dalam film aslinya terasa mempunyai konflik batin yang begitu dalam dan menyedihkan, sedangkan Adrian Pryce milik Sharlto Copley tidak lebih dari seorang laki-laki eksentrik yang aneh, itu saja.
Sedangkan untuk Josh Brolin sendiri tidak bisa dibilang buruk, hanya saja kedalamannya masih belum seberapa apalagi jikalau dibandingkan dengan apa yang ditunjukkan oleh Choi Min-sik. Sedangkan Elizabeth Olsen dan Samuel L. Jackson sendiri cukup memuaskan bagi saya meski dengan porsi yang tidak terlalu banyak. Akhirnya saya teringat akan pernyataan Spike Lee yang menyampaikan bahwa ia tidak ingin menciptakan carbon copy dari versi Park Chan-wook melainkan menghadirkan sebuah interpretasi versinya sendiri. Intinya, Spike Lee menjanjikan sebuah remake yang berbeda, sebuah versi gres dari Oldboy. Dan memang satu hal yang begitu terasa dari film ini yaitu usahanya untuk sebisa mungkin berbeda dari versi aslinya dengan merubah beberapa aspek termasuk tidak mengulangi lagi adegan-adegan yang ikonik yang menjadi keunggulan film aslinya. Namun hal itu dilakukan tanpa berhasil menawarkan pengganti yang sepadan dan pada jadinya malah menciptakan film ini terasa kurang menggigit. Hal tersebut juga berdampak pada menghilangnya kedalaman emosi film ini. Remake Oldboy adalah sebuah misinterpretasi akan sebuah sajian luar biasa dari Korea Selatan. Meskipun bergotong-royong jikalau dilihat sebagai film yang bangkit sendiri, versi Spike Lee tidaklah terlalu jelek dan masih bisa dinikmati, namun sudah menjadi hakikat dari remake untuk dibandingkan dengan film aslinya. Apalagi jikalau yang orisinil yaitu film luar biasa yang dibentuk belum terlalu usang menyerupai Oldboy.
Belum ada Komentar untuk "Oldboy (2013)"
Posting Komentar