Blackfish (2013)
Judul film ini ialah sebutan lain dari Orca atau yang lebih sering kita kenal dengan nama paus pembunuh atau killer whale. Mungkin kalau melihat Orca akan banyak dari kita yang pribadi teringat pada sosok paus yang berjulukan Willy yang muncul dalam film Free Willy, dan pastinya banyak dari kita yang setuju bahwa sosok orca disana ialah seekor mamalia yang nampak ramah, imut dan dapat dijadikan peliharaan yang menyenangkan. Tidak akan terlihat sedikitpun tanda mengapa binatang tersebut juga disebut sebagai paus pembunuh. Namun dalam Blackfish, Gabriela Cowperthwaite akan memperlihatkan pada kita sisi gelap yang melingkupi kehidupan para orca tersebut. Ceritanya berfokus pada Tilikum, orca yang telah sekian usang menjadi bintang utama atraksi orca di SeaWorld. Dari awal filmnya yang memperlihatkan rekaman percakapan telepon jalur 911 kita sudah tahu bahwa terjadi sebuah kecelakaan tragis yang melibatkan orca dan trainer-nya yang pada hasilnya menciptakan sang instruktur terbunuh. Tapi sebelumnya kita akan diperkenalkan pada beberapa narasumber yang lebih banyak didominasi ialah instruktur atau mantan instruktur orca yang pernah bekerja di SeaWorld. Awalnya perbincangan berjalan menyenangkan ketika mereka satu per satu mengungkapkan alasannya menjadi instruktur orca. Akan ada kekaguman, keinginan dan kebahagiaan yang terungkap.
Suasana berubah ketika nama Dawn Brancheau disebut. Dia ialah seorang trainer berusia 40 tahun yang dikenal sebagai salah satu instruktur senior, paling berpengalaman sekaligus yang paling memperhatikan aspek keselamatan di SeaWorld. Pada 24 Februari 2010 terjadilah insiden dimana Dawn jatuh kedalam bak dan tewas dalam kondisi mengenaskan sesudah Tilikum menyerangnya. Pihak SeaWorld menyatakan bahwa insiden itu terjadi akhir kesalahan Dawn yang bertugas dengan kondisi rambut ponytail yang membuatnya rawan terseret oleh orca. Namun beberapa saksi termasuk rekan-rekan Dawn sesama trainer beropini lain. Mereka menyatakan bahwa insiden tersebut sepenuhnya terjadi alasannya ialah keagresifan Tilikum. Dawn sendiri bukanlah korban pertama, melainkan ketiga yang tewas oleh Tilikum. Dari sinilah kita mulai diajak menelusuri sampai 30 tahun yang kemudian di tahun 1983 ketika Tilikum pertama kali ditangkap oleh para pemburu untuk dijadikan materi pertunjukkan. Blackfish pada hasilnya tidak hanya mengajak kita melihat bagaimana bergotong-royong orca ialah makhluk yang berbahaya. Sebaliknya, pihak-pihak yang mengeksploitasi orca-lah yang akan "disudutkan" disini. Dalam hal ini pihak SeaWorld.
Selama ini kita mengenal SeaWorld sebagai sebuah penangkaran yang mengumpulkan aneka macam binatang bahari dan memperkenalkannya pada para pengunjung. SeaWorld bagaikan sebuah ensiklopedia mengenai biota bahari dan terasa bagaikan nirwana lautan tidak hanya bagi para pengunjung namun juga para binatang yang berada disana. Namun melalui Blackfish aku menjadi tahu beberapa sisi kelam dan keburukan yang tersimpan rapih disana. Bagaimana pihak SeaWorld banyak menutupi fakta tidak hanya wacana kecelakaan Dawn namun juga wacana kehidupan para orca yang tidaklah senang disana. Kita akan tahu bahwa fakta yang diberikan SeaWorld mengenai lifespan orca hanyalah untuk menutupi banyaknya orca yang mati muda disana, kita akan tahu bahwa beberapa strutktur badan yang dinyatakan oleh mereka sebagai keunikan yang khas dari orca bergotong-royong ialah merupakan bekas yang terjadi akhir kekerasan yang muncul ketika mereka menangkap para orca di lautan. Kita akan tahu bahwa bergotong-royong kebuasan para orca termasuk Tilikum bukan serta merta alasannya ialah mereka ialah binatang pembunuh yang ganas namun akhir aneka macam insiden traumatis dan tekanan yang mereka terima ketika "dikurung" disana. Faktanya selama ini belum ada masalah orca membunuh insan di lautan bebas ketika insan tidak berusaha menyerang atau mengusik mereka.
Ya, Blackfish pun turut menyuapi aku dengan aneka macam macam fakta gres wacana orca itu sendiri. Selain secuplik fakta diatas aku pun jadi mengetahui bahwa orca bukan sekedar binatang yang hidup menurut insting tapi dari struktur otak mereka kita tahu bahwa orca bergotong-royong merupakan makhluk yang memiliki sisi emosional dan perasaan yang tidak jauh berbeda dari manusia. Sehingga disaat mereka tersiksa ataupun terpisah dari orang tuanya, para orca ini juga mengalami dampak traumatis yang tidak gampang dihilangkan. Blackfish sanggup mengungkapkan aneka macam macam fakta-fakta yang gres aku ketahui dan disitulah yang selalu aku cari dari sebuah sajian dokumenter. Bagaimana orca tidaklah sepenuhnya bersalah akan segala insiden yang terjadi, serta bagaimana pihak SeaWorld yang selalu menutupi banyak fakta yang merugikan mereka. Tidak hanya kita yang orang awam, bahkan mereka yang bekerja disana termasuk para trainer pun tidak dibiarkan mengetahu fakta-fakta tersebut. Terkesan berat sebelah memang, tapi toh sudah cukup banyak fakta yang terungkap disini. Apalagi faktanya pihak SeaWorld menolak untuk memperlihatkan keterangan disini
Blackfish dirangkum dengan begitu baik. Durasinya hanya 83 menit tapi berkat penyampaian yang padat, alur yang berjalan cepat dan penggabungan wawancara dengan footage-footage amatir yang ada filmnya mampu memberikan semuanya dengan lengkap dan sempurna sasaran. Satu hal yang menciptakan aku kurang dapat menikmati dokumenter konvensional ialah alasannya ialah aku merasa alurnya berjalan terlalu bertele-tele dan lebih banyak berputar pada wawancara yang membosankan meski fakta yang terungkap bergotong-royong menarik. Blackfish tidak terasa ibarat itu. Pembagian porsi antara interview dan rekaman-rekaman yang cukup lengkap dan apa adanya menciptakan filmnya makin menarik dan dinamis. Menonton Blackfish terasa ibarat menonton film horor ataupun thriller psikologis. Mulai dari fakta yang terungkap dari lisan narasumber sampai footage yang ada berhasil membangun suasana menegangkan dan mengerikan. Saya tahu bahwa segala insiden dan insiden mengenaskan yang terpampang di layar termasuk darah yang mengalir ialah nyata. Dan semuanya disajikan apa adanya sampai menciptakan Blackfish tidak hanya menjadi sebuah dokumenter yang mengungkap aneka macam fakta mencengangkan namun juga sajian horor yang mengerikan dan intens.
Cara Gabriela Cowperthwaite menyajikan film ini bergotong-royong sederhana tanpa melaksanakan terobosan ibarat dokumenter-dokumenter macam The Imposter. Ini ialah dokuementer konvensional yang singkat, padat dan dapat terus sampai di ingatan para penonontonnya. Blackfish memang pada hasilnya akan memperlihatkan kesan dan dampak yang sulit dilupakan oleh para penontonnya. Bahkan pihak Pixar sendiri menentukan untuk mengganti alur termasuk ending dari Finding Dory sesudah menonton film ini dan berdiskusi dengan Gabriela Cowperthwaite. Blackfish penuh dengan fakta-fakta mengejutkan yang bagaikan sebuah twist dalam film dramatis, penuh sisi emosional ketika kita tahu bagaimana tersiksanya para orca dan rasa duka dan bersalah serta kehilangan yang banyak diungkapkan para narasumber, memiliki tingkat kengerian ala film horor yang mencekam, bahkan diisi dengan aspek psychological thriller wacana bagaimana orca dapat melaksanakan aneka macam tindakan mencelakai insan sesudah depresi dan tekanan yang tertumpuk selama puluhan tahun hidupnya.
Belum ada Komentar untuk "Blackfish (2013)"
Posting Komentar