The Skeleton Twins (2014)

Bisakah sebuah film berisikan huruf suicidal dikemas dengan penuh suntikan komedi sambil tetap mempertahankan kedalaman emosi, huruf dan ceritanya? Film terbaru Craig Johnson yang dibintangi oleh dua alumnus Saturday Night Lives (SNL), Bill Hader dan Katolik Wiig ini mengambarkan hal tersebut mungkin dilakukan. Dengan naskah yang ia tulis bersama Mark Heyman, Craig Johnson akan membawa kita pada sebuah dongeng yang berisikan dua karater dengan tendensi bunuh diri dan besar di lingkungan yang familiar dengan bunuh diri. Tokoh pertama yaitu Milo (Bill Hader), seorang gay yang pada suatu pagi dikala dalam kondisi mabuk tetapkan untuk bunuh diri dengan cara memotong urat nadinya. Disaat yang hampir bersamaan, abang wanita Milo, Maggie (Kristen Wiig) juga tengah bersiap untuk bunuh diri. Bedanya, Maggie hendak meminum pil dalam jumlah yang amat banyak. Tapi niat tersebut ia urungkan dikala mendapatkan telepon dari rumah sakit yang mengabarkan bahwa sang adik sedang dirawat disana alasannya yaitu percobaan bunuh diri. Sepasang abang beradik yang telah 10 tahun tidak pernah saling berbicara itu pun kesudahannya kembali bertemu.

Maggie pun menawari Milo untuk tinggal sementara bersamanya di New York, setidaknya hingga pikirannya jauh lebih tenang. Disana Milo juga tinggal bersama suami Maggie yang selalu penuh semangat dan talkative, Lance (Luke Wilson). Kakak beradik itu pun mencoba kembali untuk mengulang memori indah masa kemudian dikala keduanya amat erat dan saling menjaga satu sama lain, sebelum kesudahannya ayah mereka tewas bunuh diri sesudah melompat dari atas jembatan. Tapi perjuangan memperbaiki hubungan diantara mereka tidaklah berjalan mulus alasannya yaitu banyak sekali duduk kasus langsung yang harus keduanya hadapi. Maggie punya tendensi untuk berselingkuh dengan para pengajar dalam setiap kursus yang ia ambil, dan hal itu kembali terulang dikala ia mengambil kursus menyelam dan tertarik pada Billy (Boyd Holbrook) sang instruktur. Sedangkan bagi Milo, ada di New York merupakan kesempatan baginya untuk bertemu lagi dengan Rich (Ty Burrell), mantan kekasih sekaligus gurunya semasa sekolah. Millo dan Rich sendiri pertama kali berafiliasi dikala Milo masih berusia 15 tahun dan Rich masih berstatus sebagai gurunya. 
Sesungguhnya bila bicara soal dongeng tidak ada yang benar-benar Istimewa dari film ini. Salah satu hal paling mengganggu dari plot-nya yaitu kesan repetitif yang begitu kental. Berkali-kali The Skeleton Twins menyuguhkan formula yang sama: Milo dan Maggie bertengkar/mendapat konflik - Millo dan Maggie bersenang-senang dan berbaikan - Milo dan Maggie kembali bertengkar/mendapatkan masalah. Berbagai momen "penyembuhan" yang mereka berdua alami seolah tidak memperlihatkan keduanya pelajaran ataupun pengaruh signifikan. Tentu saja sebagai sebuah film yang berkisah perihal dua huruf yang sama-sama bermasalah dan coba saling menyembuhkan, resolusi konflik gres akan hadir pada penghujung film, dan bab pertengahan berisi eksplorasi hubungan kedua karakternya. Craig Johnson coba memperlihatkan bahwa Maggie dan Milo yaitu abang beradik yang saling mengasihi dan peduli tapi duduk kasus masing-masing menjadi tembok penghalang hubungan mereka. Tapi untuk mengetengahkan "saling menyayangi" tidak harus selalu memperlihatkan mereka saling membantu sebelum kesudahannya muncul konflik yang tidak berbeda. Hal itu bagaikan bukti kurangnya kreatifitas pada pengembangan dongeng film ini.
Dengan tema yang sesungguhnya kelam, Craig Johnson cukup berhasil mengemas filmnya ini jadi terasa hangat, lucu dan menyenangkan. Tidak sanggup dipungkiri banyak humor yang tidak sempurna target dan gagal menciptakan saya tertawa. Beberapa perjuangan untuk terlihat menyenangkan juga malah jatuhnya klise, sebagai referensi dikala Maggie dan Milo bernyanyi dan menari di rumah. Tapi interaksi antara Milo dan Maggie serta karakterisasi unik keduanya tetap menciptakan The Skeleton Twins menyenangkan. Sentuhan komedinya juga tidak hingga menciptakan film ini kehilangan substansi apalagi jatuh menjadi komedi yang konyol. Berbagai momen seriusnya berhasil menjadi sebuah observasi perihal begitu menyedihkannya kehidupan Milo dan Maggie. Menyedihkan alasannya yaitu keduanya sama-sama tersesat, merasa sendiri dan menjalani hidup dengan banyak sekali kebohongan. Ada kesan bittersweet saat melihat keduanya bercanda tawa dan berusaha tersenyum tapi kita tahu bahwa mereka menyimpan kesedihan mendalam dan pernah/akan melaksanakan percobaan bunuh diri. 

Karakter Milo sendiri yaitu huruf yang amat simpatik dengan kepribadian luarnya yang ceria dan terus berusaha menghibur Maggie, tapi kita tahu di dalam ia begitu menderita. Sedangkan Maggie tidak sesimpatik adiknya. Melihat Lance yang baik meski kadang berlebihan, kadang saya merasa sebal pada Maggie yang tidak sanggup mengontrol hasrat seksualnya itu. Bill Hader dan Katolik Wiig sendiri memperlihatkan akting memikat, dimana keduanya sama-sama berhasil menggabungkan performa komedi "gila" yang juga diselingi drama penuh keintiman yang seringkali terasa kelam. Sayang The Skeleton Twins ditutup dengan ending klise yang juga dipaksakan. Mungkin Craig Johnson sudah berdalih dalam sebuah flashback dengan menggambarkan bak renang itu sebagai kawasan kenangan bagi Milo dan Maggie, tapi tetap saja kedatangan Milo di ending itu amat dipaksakan. Mungkin dengan banyak sekali kekurangannya itu film ini tidak menjadi spesial, tapi tetap saja The Skeleton Twins adalah drama-komedi yang hangat perihal bagaimana suatu duduk kasus yang sama mempertemukan lagi dua orang bermasalah untuk pada kesudahannya saling membantu permasalahan masing-masing.

Belum ada Komentar untuk "The Skeleton Twins (2014)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel