The Dance Of Reality (2013)

Alejandro Jodorowsky merilis film bukanlah sesuatu yang sering terjadi, dimana dalam 57 tahun karirnya total gres sembilan film yang ia buat. The Dance of Reality sendiri merupakan penanda kembalinya Jodorowsky sesudah 23 tahun bolos memuat film (film terakhirnya sebelum ini yang berjudul The Rainbow Thief dirilis tahun 1980). Jika anda sudah menonton dokumenter Jodorowsky's Dune (review) mungkin anda sudah dapat menduga bahwa salah satu alasan terbesar Jodrowosky bolos usang dalam menciptakan film yakni kekecewaannya akan industri mainstream yang hanya mementingkan laba bahan semata. Sembari bersiap menciptakan Abel Cain sekuel dari El Topo yang merupakan film tersukses dan paling populer dari Jodorowsky, ia pun merilis The Dance of Reality, sebuah biografi kehidupan masa kecilnya. Tentu saja tidak ada yang lebih cocok untuk menciptakan biografi ihwal Alejandro Jodorowosky selain sang sutradara itu sendiri, dan tentu saja biografi dari Jodorowsky ihwal Jodorowsky tidak akan dikemas layaknya film-film biopic pada umumnya.

Alejandro muda (Jeremias Herskovits) menghabiskan masa kecilnya tinggal di Topocilla, Chile. Ayahnya, Jamie (Brontis Jodorowsky) yakni seorang komunis pemuja Stalin yang aktif dalam pergerakan gerilya untuk menghentikan pemerintahan Carlos Ibanez (Bastian Bodenhofer). Hubungan Alejandro dengan sang ayah pada awalnya tidak terlalu baik alasannya yakni Jamie menganggap Alejandro tidak bersikap layaknya seorang pria. Hal itulah yang mendorong Alejandro untuk dapat menjadi lebih berpengaruh biar berhasil mengambil perhatian ayahnya. Disisi lain sang ibu, Sara (Pamela Flores) tidak pernah menganggap Alejandro sebagai anaknya, melainkan reinkarnasi dari ayah Sara. Pada fase masa kecilnya inilah Alejandro mulai berguru banyak hal khususnya agama dan hal-hal berbau spritual lainnya. Sedangkan sang ayah semakin karam dalam usahanya untuk menggulingkan Ibanez, bahkan jadinya merencakan sebuah pembunuhan terhadap sang diktator. 
The Dance of Reality adalah apa yang kau harapkan ada dalam film-film Alejandro Jodorowsky. Karakter-karakter fantasi yang asing luar-dalam hingga plot sureal penuh unsur relijius. Anda yang familiar atau setidaknya pernah menonton film Jodorowsky pastinya paham bahwa ketika aku menyebut karakternya "aneh", kecacatan itu tidak main-main. Semisal abjad Sara yang tidak pernah berdialog dengan normal melainkan bernyanyi layaknya diatas panggung opera dan doyan telanjang, sosok asing berjulukan Theosophist yang mengajarkan cara bermeditasi yang asing pada Jodorowsky, hingga para pekerja tambang yang kesemuanya cacat. Masing-masing punya makna dibalik segala kecacatan mereka. Dari Theosophist kita memahami fase ketika Jodorowsky mulai menemukan minatnya pada hal-hal spiritual. Karakter cacat pun hampir selalu dapat ditemukan dalam film-film Jodorowsky dan memperlihatkan cara pandangnya yang menyukai ketidak sempurnaan dan selalu dapat menemukan keindahan dari sesuatu yang akan dianggap "buruk" oleh orang lain.
Mungkin yang membedakan film ini dengan karya Jodorowsky sebelumnya ada pada tone. Masih ada kekerasan, masih kental dengan keanehan, tapi terasa lebih ringan, tidak hingga terasa disturbing. Bandingkan film ini dengan El Topo atau Santa Sangre yang menghadirkan rasa tidak nyaman pada penonton, dan akan terasa bahwa The Dance of Reality lebih ringan, bahkan punya banyak sentuhan komedi. Entah visi Jodorowsky telah berubah, entah ia memang merasa film ini lebih cocok dikemas ibarat itu, atau telah kehilangan sentuhannya aku tidak tahu. Tapi secara eksklusif aku lebih suka tone dari film-film lamanya. Tapi toh segala kecacatan dan surealismenya masih amat menarik, apalagi ditambah keindahan pada aspek visuanya. Menarik pula mengikuti kehidupan Jodorowsky dan keluarganya dalam film ini. Ada pencarian jati diri, ada inovasi spiritual, ada agama tapi tidak menjurus ke satu agama tertentu (semuanya berujung pada Tuhan yang sama), ada mitologi, ada pula fantasi.

Fantasi. Kenapa Jodorowsky mengemas film biografi menjadi sebuah fantasi? Seperti judulnya, realita bagaikan sebuah tarian yang dipenuhi keindahan imaji. Jodorowsky tidak pernah menganggap sebuah realita kehidupan ibarat apa adanya, melainkan berbagi semua itu dalam banyak sekali sudut pandang yang penuh fantasi dan imajinasi. Kenyataan bukanlah sesuatu yang konstan, melainkan begitu subjektif. Hal itu juga yang kemungkinan menjadi alasan Jodorowsky untuk sedikit memperlihatkan twist pada dongeng hidupnya. Pada kenyataannya, Jodorowsky dan kedua orang tuanya tidak pernah seharmonis dalam film, setidaknya ketika Jodorowsky kecil, tapi apakah itu memang sebuah bentuk ketidak harmonisan? Atau apakah yang ada dalam film ini memang bentuk keharmonisan? Hal itulah yang menciptakan film ini menjadi sebuah biopic yang "sempurna" alasannya yakni mampu menterjemahkan kehidupan tokohnya dengan sempurna. Kehidupan Alejandro Jodorowsky yang penuh dengan fantasi gila dan keindahan aneh.

Belum ada Komentar untuk "The Dance Of Reality (2013)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel