Stand By Me Doraemon (2014)

Tidak ada yang tidak kenal Doraemon dan saya yakin lebih banyak didominasi dari kita yang menjalani masa kanak-kanak/remaja awal di kurun 90-an niscaya punya kedekatan dengan sosok robot kucing dari masa depan ini. Saya sendiri hampir tidak pernah melewarkan penayangannya tiap ahad pagi, membeli beberapa komiknya, hingga formasi VCD film-film Doraemon. Keajaiban alat-alat Doraemon yaitu belahan memori tak terlupakan masa kemudian saya. Kemudian hadirlah film ini yang sebelum perilisannya berhembus banyak sekali rumor yang menciptakan Stand by Me Doraemon menjadi film yang dihentikan dilewarkan para penggemarnya. Ada yang menyebut ini yaitu film terakhir Doraemon dan bakal menampilkan perpisahannya dengan Nobita. Well, rumor pertama terperinci keliru alasannya yaitu tahun depan bakal rilis film lain dengan judul Nobita's Space Heroes. Sedangkan yang kedua silahkan temukan sendiri dalam film ini, yang terperinci dongeng film ini bakal berbasis dari tujuh volume awal komiknya.

Karena berasal dari tujuh komik pertamanya, disini kita akan diperlihatkan lagi momen pertemuan awal antara Nobita dan Doraemon. Setelah itu yang tersaji yaitu rangkuman dari kehidupan sehari-hari mereka yang tentu sudah familiar bagi kita. Nobita terlambat sekolah, Nobita di-bully Giant dan Suneo, Nobita mendapat nilai nol, Nobita yang berusaha mengejar Shizuka, dan tentunya Nobita yang mendapat banyak dukungan dari kantong asing Doraemon. Jika dibandingkan film layar lebar lainnya yang kental dengan nuansa petualangan fantasi, Stand by Me Doraemon jelas lebih membumi dan sederhana. Nuansanya lebih bersahabat kearah komik dan kartunnya yang menciptakan film ini benar-benar terasa sebagai sebuah bentuk penghormatan bagi Fujiko F. Fujio serta kado nostalgia bagi para penggemar. Hal itu terlihat pula dari banyaknya momen-momen ikonik yang sudah familiar bagi para penggemar kembali dihadirkan sepotong demi sepotong. Daripada suatu hal baru, film ini lebih pantas disebut sebagai surat cinta dari sutradara Takashi Yamazaki baik untuk penggemar maupun sang pengarang.
Sejalan dengan tujuan itu, suasana yang hadir pun lebih kental unsur drama daripada fantasi, petualangan bahkan komedi. Tentu saja masih ada lelucon-lelucon menghibur khas Doraemon dan keseruan yang mengiringi keajaiban kantongnya, tapi tetap saja dari awal hingga simpulan tone yang ditampilkan lebih kental unsur drama. Fokusnya besar lengan berkuasa pada persahabatan yang terjalin antara Nobita dan Doraemon. Pada aspek inilah terbukti dengan terperinci bahwa Takashi Yamazaki memang sangat memahami setiap huruf dan unsur yang hadir dalam kisah-kisah Doraemon. Interpretasi yang ia hadirkan disini tidak hanya sebuah "reka ulang" sempurna, tapi juga memperdalam banyak sekali aspek yang mungkin hanya muncul tersirat dalam komik atau kartunnya yang punya tone lebih santai itu. Sebagai pola yaitu sosok Nobita. Meski mengidolakan serial Doraemon, saya hampir tidak pernah merasa simpati pada Nobita Meski terkadang mengatakan bahwa ia yaitu bocah yang kuat, bagi saya Nobita lebih lekat dengan kesan anak manja dan cengeng yang selalu bergantung pada kantong ajaib.
Saya tidak pernah sanggup memahami kenapa saya harus bersimpati pada Nobita. Dalam film inilah saya mulai mengerti secara lebih dalam sosoknya dan mendapat sisi positif yang ada pada dirinya, Mungkin Nobita yaitu seorang loser yang jelek dalam banyak sekali hal, tapi ia punya satu hal positif yang itu mahal harganya, yakni cinta. Cinta yaitu sesuatu yang juga teramat kental disini. Saya sanggup mencicipi hal itu bertebaran dalam banyak sekali aspek filmnya dan terasa paling besar lengan berkuasa ketika berkaitan dengan hubungan antar karakter. Dua hubungan yang banyak dieksplorasi yaitu Nobita-Dorameon dan Nobita-Shizuka. Kedua bentuk hubungan itupun sama-sama tersaji dengan maksimal. Saya sanggup mencicipi kuatnya persahabatan Nobita dan Doraemon, saya juga sanggup mencicipi kuatnya cinta Nobita pada Shizuka, suatu mimpi besar Nobita yang nampaknya akan sulit terwujud. Momen ketika Nobita bersedia melaksanakan apapun demi menciptakan Shizuka senang merupakan salah satu momen paling romantis sepanjang sejarah Doraemon. Lewat kedua hubungan itu jugalah sosok Nobita berhasil meraih simpati yang besar dari saya.
Dengan fokus yang lebih besar pada drama, Stand by Me Doraemon memang berhasil memaksimalkan hal itu. Amat banyak momen emosional yang hadir disini. Saya sudah mengantisipasi akan hadirnya momen-momen mengharukan tapi tetap saja air mata mengucur deras ketika banyak sekali momen itu benar-benar hadir. Keberhasilan dalam aspek emosional itu tidak akan terjadi jikalau saya tidak mencicipi simpati pada Nobita dalam film ini. Semua itu semakin didukung oleh iringan musik dramatis garapan Naoki Sato yang terkesna megah sekaligus melankolis. Semua yang hadir dalam film ini memenuhi ekspektasi, bahkan ada satu hal yang berada diatas ekspektasi, yaitu pengemasan visualnya yang memakai format CGI 3D daripada animasi 2 dimensi konvensional menyerupai yang selama ini lekat dengan Doraemon. Saya sendiri sempat mencurigai itu, alasannya yaitu bagi saya Doraemon yaitu dua dimensi. Usaha modernisasi yang dilakukan menciptakan saya khawatir filmnya akan terasa kaku dan kehilangan emosi. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, aspek visual dalam film ini semakin menghidupkan adegan dan karakternya.

Coba lihat ekspresi yang hadir di masing-masing wajah karakternya. Semua tampak lebih aktual dan lebih kuat, menandakan bahwa penggunaan CGI modern ini bukan sekedar gaya atau perjuangan meraup uang lebih banyak, melainkan suatu aspek substansial yang amat mendukung filmnya yang amat menekankan pada drama. Semua itu berhasil dilakukan tanpa harus kehilangan masing-masing ciri karakternya, bahkan menguatkan. Lihat Nobita yang tampak semakin aktual kebodohannya, atau Shizuka sedari masih seorang gadis cilik yang manis hingga tumbuh menjadi perempuan remaja yang cantik. Secara keseluruhan  Stand by Me Doraemon adalah sajian emosional yang menangkap dengan tepat banyak sekali esensi dan aspek substansial dalam sejarah panjang franchise Doraemon. Setengah jam terakhir film ini secara tidak sadar mengembalikan memori sekitar 15 tahun kemudian ketika di sebuah ahad pagi, Rasyid kecil yang duduk manis di depan televisi sambil menyantap sarapan dan tertawa tanpa sedikitpun terasa beban.

Belum ada Komentar untuk "Stand By Me Doraemon (2014)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel