American Psycho (2000)

Patrick Bateman (Christian Bale) yakni investor perbankan yang sudah hidup penuh kemewahan meski usianya gres 27 tahun. Bersama teman-temannya, Bateman selalu makan di restoran glamor yang membutuhkan reservasi hanya demi gengsi. Setiap pagi pun ia rutin merawat tubuhnya dengan olah raga rutin dan banyak sekali produk perawatan wajah. Ditambah mempunyai seorang tunangan bagus berjulukan Evelyn (Reese Witherspoon) tampak begitu tepat kehidupan Bateman. Tapi nyatanya tidak. Bateman sama sekali tidak menyukai teman-teman dan tunangannya. Kita dapat melihat ia tidak pernah dapat sejalan dikala terlibat pembicaraan dengan mereka. Disaat tengah mengutarakan wawasan, opini, serta kepeduliannya pada info sosial, teman-teman Bateman selalu mentertawakan dirinya. Kita sebagai penonton pun ikut tertawa alasannya yakni semua itu tidak lebih dari sekedar omong kosong.

Daripada memikirkan seisi dunia yang kepalaran menyerupai kata-katanya, Bateman lebih terganggu dikala rekan-rekan kerjanya mempunyai kartu nama yang jauh lebih bagus. Bahkan dikala tengah merasa kesal Bateman tidak segan membunuh seorang tuna wisma sehabis sebelumnya mengolok-olok laki-laki tersebut. Ya, diluar kehidupannya sebagai laki-laki kaya nan tampan, Bateman yakni seorang pembunuh berantai. Intensi membunuh akan selalu muncul dalam diri Bateman setiap ia merasa kesal, dan ia akan kesal kalau ada seseorang yang terlihat lebih mapan, lebih sukses darinya. Dia pun tidak segan membantai Paul Allen (Jared Leto) dengan kapak alasannya yakni sang laki-laki punya kartu nama terbaik yang pernah ia lihat. Saat menyembunyikan jenazah Paul pun yang dikhawatirkan oleh Bateman bukan resiko akan diketahui orang, tapi alasannya yakni melihat apartemen korbannya itu jauh lebih mahal dari miliknya.
Diadaptasi dari novel berjudul sama karya Bret Easton Ellis, American Psycho begitu kental dengan perjuangan menjadi sebuah komedi hitam, sebuah satir yang menimbulkan mereka para orang kaya sebagai materi olok-olok. Teman-teman Bateman digambarkan sebagai orang kurang bakir yang tidak mempedulikan apapun kecuali makan di restoran glamor dan mempunyai kartu nama terbaik. Kita juga tidak pernah sekalipun melihat mereka sedang bekerja. Setiap kemunculannya, orang-orang kaya ini diperlihatkan sedang makan malam, minum di bar, berpesta, atau menggunakan narkoba di toilet. Bateman juga tidak berbeda. Meski kita sering diajak melihatnya di kantor, ia tidak pernah sekalipun tampak bekerja. Yang ia lakukan hanya menggambar di buku aktivitas atau bicara dengan sang sekretaris Jean (Chloe Sevigny) yang terang menyukai sang atasan. Setiap kesepakatan yang ada di aktivitas Bateman pun tidak lebih dari sekedar makan malam bersama sobat daripada pertemuan bisnis.

Sutradara Mary Harron berniat memfokuskan film ini sebagai jalan untuk menyindir mereka para orang kaya yang dalam kondisi apapun hanya memikirkan duduk kasus penampilan, kekayaan dan harga diri. Lewat eksplorasi sosok Patrick Bateman-lah Harron coba memberikan satir tersebut. Pada awalnya semua itu dihadirkan dengan begitu efektif. Penonton dibawa melihat Bateman melaksanakan agresi brutalnya sambil selalu membicarakan seleranya yang tinggi terhadap musik-musik Phill Collins, Whitney Houston dan lain-lain. Ada ironi yang hadir dikala itu dikala cita rasa tinggi dihadirkan bersamaan dengan kegiatan yang abnormal menyerupai membunuh orang atau melaksanakan threesome. Semua itu membuat abjad Bateman penuh pertentangan yang makin memperkuat satir filmnya. Beberapa kali saya berhasil dibentuk tertawa dikala diajak menelusuri isi pikiran sang pembunuh berantai. 
Tapi usang kelamaan, American Psycho jadi semakin repetitif dalam menghadirkan sindirannya. Pola yang dipakai selalu berulang, dimana Bateman akan dihadapkan dalam situasi entah makan bersama sobat atau bertemu dengan perempuan sebelum kesudahannya terdorong untuk melaksanakan pembunuhan. Tentu awalnya menarik melihat segala kegilaan Bateman, tapi kesan repetitif tadi membuat film ini semakin membosankan. Penonton sudah tahu inti dari satir yang diutarakan Mary Harron lewat abjad utamanya, tapi filmnya seolah tidak mau beranjak dari pengenalan tersebut. Berputar-putar di daerah yang sama tanpa pernah maju ke depan sebelum hingga pada klimaks. Sedangkan sebagai thriller berdarah pun American Psycho tidak lagi terasa shocking. Setiap pembunuhan terasa menarik tapi lebih alasannya yakni performa over-the-top Christian Bale yang akan membuat Nic Cage merasa minder. Saya suka bagaimana Bale mampu berulang kali melaksanakan transformasi dari "cool charming guy" menjadi "histerical & maniac psychopath".

Lalu hadirlah twist yang membuat film ini disebut sebagai "the next Fight Club" dalam versi yang lebih ambigu. Sebuah twist yang menimbulkan segala tindakan Bateman sepanjang film menjadi "dipertanyakan". Namun ada perbedaan fundamental antara mengaburkan kejelasan kejadian dalam film dengan perjuangan non-sense untuk membuat kebingungan pada penonton. Sayangnya American Psycho masuk dalam kategori yang kedua. Apa yang dilakukan Mary Harron bagaikan perjuangan menipu dan "mentertawakan" penonton daripada sebuah open interpretation. Pada kesudahannya kejutan itu pun juga terasa hanya sebagai sebuah gimmick daripada media untuk memperkuat eksplorasi sosok Patrick Bateman alasannya yakni kehadirannya yang "tiba-tiba" pada ending daripada membangun semuanya lewat hal-hal tersirat sedari awal film.

Verdict: Sebagai komedi hitam, satirnya dibuyarkan oleh repetisi. Sebagai thriller pun tidak ada intensitas yang mumpuni. Christian Bale hadir sebagai hal paling mengesankan dalam American Psycho.

Belum ada Komentar untuk "American Psycho (2000)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel