Gett: The Trial Of Viviane Amsalem (2014)

Apakah cinta menjadi alasan bagi semua pasangan yang bertahan dengan kesepakatan nikah mereka selama bertahun-tahun? Saya banyak mendengar penuturan dari beberapa pihak yang telah menjalani rumah tangga selama puluhan tahun. Banyak dari mereka menyebabkan anak sebagai alasan utama untuk terus bertahan. Banyak pula yang menyayangkan bila harus merusak keluarga yang telah dibina sekian lama. Tapi bagaimana bila kebahagiaan tidaklah didapat? Disaat semua kebutuhan material sanggup terpenuhi, apakah layak seseorang ingin mengakhiri pernikahannya secara sepihak dengan alasan tidak lagi mendapat kebahagiaan? Gett: The Trial of Viviane Amsalem bercerita perihal kondisi tersebut dalam setting pengadilan agama Israel yang bakal terasa memberatkan bagi seorang istri bila ingin menggugat cerai suaminya.

Kenapa memberatkan? Karena tanpa persetujuan dari sang suami, sebuah perceraian tidak sanggup terjadi. Viviane Amsalem (Ronit Elkabetz - juga bertindak sebagai sutradara dan penulis naskah) bertekad mengakhiri pernikahannya dengan Elijah Amsalem (Simon Abkarian) yang telah berjalan selama 30 tahun. Bagi Viviane, sang suami tidak lagi bisa menawarkan kebahagiaan baginya, dan rasa cinta pun tidak lagi Viviane rasakan. Tapi proses tersebut sama sekali tidak mudah. Elijah tetap kukuh menolak somasi cerai sang istri. Bahkan dalam beberapa kali proses hearing pun Elijah urung hadir. Hal ini terus berulang dan berujung pada proses berkepanjangan yang melelahkan baik secara fisik maupun mental khususnya bagi Viviane. 

Penonton diajak mengikuti proses melelahkan yang berjalan selama lima tahun tersebut lewat potongan-potongan persidangan. Filmnya tidak pernah beranjak jauh dari ruang persidangan. Satu-satunya setting lain hanyalah ruang tunggu di gedung pengadilan. Sisanya, kita melihat bagaimana dua kubu saling melontarkan tuduhan, pembelaan, serta kesaksian dari beberapa orang saksi. Banyak film yang berhasil mengajak penonton seolah berada eksklusif di dunianya. Tapi duo sutradara Ronit Elkabetz dan Shlomi Elkabetz membawa kita lebih jauh lagi. Dengan banyaknya penempatan kamera secara close-up, tiap perkataan sampai teriakan karakternya seolah ditujukan eksklusif pada penonton. Dari situ kita bukan hanya sanggup melaksanakan observasi detail pada tiap emosi yang mereka munculkan, tapi juga mencicipi emosi tersebut. Kita merasal marah, sebal, simpati, lelah, tegang, juga terintimidasi. Film ini yaitu perjalanan roller coaster emosi selama 115 menit. 
Sama menyerupai Viviane, saya pun merasa lelah. Bukan tanggapan filmnya yang tidak berhasil mempertahankan intensitas, tapi alasannya keberhasilannya dalam menyalurkan emosi. Karena bahwasanya saya sadar bahwa semua proses berlarut-larut ini tidak akan terjadi bila semenjak awal Elijah sudah menyetujui somasi cerai sang istri. Tidak perlu pula semuanya terjadi bila para hakim di pengadilan bisa bertindak lebih tegas. Sebenarnya hakim telah menjalankah tugasnya sesuai aturan yang berlaku, dimana perceraian tidak sanggup dilakukan bila suami tidak berkehendak. Karena itulah Gett: The Trial of Viviane Amsalem merupakan sebuah kritik terhadap sistem aturan di Israel. Kenapa seperti laki-laki lebih mendapat keleluasaan daripada perempuan? Bagaimana bisa pengadilan menjamin keadilan apabila berpaku pada ketidakadilan? Penonton dibentuk mempertanyakan semua itu, either you are a pro-feminism or not

Persidangan yang terjadi bagaikan pertempuran antara logika pikir dengan perasaan. Pihak Elijah dengan Shimon Absalem (Sasson Gabai) selaku pembela sekaligus kakaknya seringkali mengangkat fakta bahwa Elijah selalu memenuhi segala kebutuhan materiil dari Viviane. Elijah yaitu laki-laki terhormat, tidak pernah nampak melaksanakan hal jelek yang mencoreng statusnya sebagai keturunan keluarga terpandang, tidak berselingkuh, tidak pula melaksanakan kekerasan fisik. Lalu atas dasar apa perceraian harus terjadi? Para saksi yang membela Elijah pun menuturkan hal serupa. Sedangkan pihak Viviane yang diwakili oleh Carmel Ben-Tovim (Menashe Noy) selaku pembela berulang kali menegaskan bahwa sang istri tidak lagi bahagia, tidak pula mengasihi suaminya. Lalu atas dasar apa perceraian dihentikan terjadi? Memang filmnya cenderung menggiring penonton supaya membela Viviane. Tapi itu bukan keputusan keliru, alasannya menyajikan pembelaan pada sosok yang mendapat ketidakadilan yaitu tujuan film ini.
Diisi oleh banyak perdebatan yang tidak jarang diisi intensitas emosi tinggi, kapasitas akting tiap pemain terperinci menjadi faktor penting. Ronit Elkabetz menciptakan kita bisa melihat bagaimana proses persidangan yang panjang begitu melalahkan dan menggiring Viviane ke ujung kesabarannya. Diawal ia lebih banyak membisu dengan tatapan tajam penuh keyakinan namun bercampur kesedihan. Bahkan pada dikala itu Viviane sempat tertawa lepas di persidangan (satu-satunya tawa di film ini). Seiring berjalannya waktu, makin sering kemarahannya meledak, memperlihatkan begitu putus asanya Viviane sekaligus memberi jalan bagi Elkabetz mempertunjukkan kekuatannya mengeksploitasi emosi. Simon Abkarian jauh lebih jarang berbicara, tapi begitu berpengaruh ego seorang laki-laki terhormat yang tidak sedikitpun bersedia untuk menyerah. Sasson Gabai dan Menashe Noy sebagai pembela masing-masing pihak mendapat porsi obrolan lebih besar dan itu mereka manfaatkan dengan baik. Gabai dengan senyuman sinis dan teriakan intimidatifnya akan menciptakan siapapun ingin melempar barang kearahnya. Sedangkan Noy menyiratkan kecerdikan dalam tiap tutur kata yang hendak atau sedang ia lontarkan. Keempat pemain drama ini akan menatap tajam sempurna kearah penonton, melontarkan tiap kata disertai emosi yang maksimal.

Apapun posisinya, entah sebagai kritikan terhadap sistem hukum, courtroom drama-thriller, penelusuran makna pernikahan, atau eksplorasi hasrat mempunyai berpengaruh dalam diri insan sampai tidak akan membiarkan sesuatu/seseorang yang ia miliki (bisa) jatuh ke tangan orang lain, Gett: The Trial of Viviane Amsalem adalah sajian yang lebih dari sekedar memuaskan. Menawarkan sisi emosional dinamis berkat naskah "nakal" yang terkadang menyelipkan unlikely humor serta intensitas penuh keintiman yang terjaga rapih bahkan sedari frame pertamanya. Versi Israel dari A Separation? Tidak serupa, namun bukan sebutan yang berlebihan saya rasa.

Belum ada Komentar untuk "Gett: The Trial Of Viviane Amsalem (2014)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel