Jangan Dengerin Sendiri (2016)

Diangkat dari jadwal Oz radio berjudul sama, Jangan Dengerin Sendiri (JDS) karya sutradara Dedy Syahputra mengusung premis yang cukup menjanjikan untuk diolah menjadi urban legend horror menarik. Sebagaimana tajuk programnya, konon jikalau seseorang mendengarkan JDS seorang diri teror hantu akan mendatanginya. Pertanyaan "bagaimana itu bisa terjadi" punya potensi menghadirkan misteri guna menyokong film di samping kemunculan mengerikan makhluk halus, sehingga tatkala teror tak sedang mengambil fokus, penonton tetap bisa dibentuk betah mengikuti perjalanan alur. Ya, aku sempat menyimpan prasangka baik bahwa Jangan Dengerin Sendiri setidaknya bakal layak disimak, tapi ternyata aku terlalu berpikiran positif. 

Film ini diawali oleh dua cerita terpisah yang nantinya akan bertemu. Pertama ialah perjalanan kru JDS mendatangi tempat-tempat angker dan kedua mengenai ekspedisi tiga orang bakir balig cukup akal ke Gunung Sadahurip guna menuntaskan kiprah kuliah. Sekembalinya dari gunung, mereka justru kerap diteror oleh hantu nenek-nenek. Dari situlah keterlibatan kru JDS bermula, sehabis ketiga bakir balig cukup akal tadi meminta pinjaman Naomi (Naomi Angelia Sea), salah satu host JDS sekaligus seorang indigo. From this point, there must be an intense exploration of mystery full of puzzling things, right? Nope, there isn't any. Jangan Dengerin Sendiri hanya satu lagi horor jelek penuh kemalasan tutur namun nihil keseraman.
Konsep menarik itu sama sekali tidak dikembangkan oleh duo penulis naskah, Muhammad Abiyoso dan Ridho Saiful Amin. Kenapa jikalau mendengarkan siaran JDS sendirian sanggup menghadirkan teror? Jangan harap menemukan jawabannya. Kalau bertanya eksklusif pada pembuatnya mungkin bakal dijawab "just because" atau "mystical shit". Seolah belum cukup, dimasukkan pula mitologi Gunung Sadahurip yang lagi-lagi urung dipaparkan secara tuntas. Apa bergotong-royong kalung milik Alya (Adinda Rizkyana)? Benarkah di sana terdapat piramida? Jangankan balasan dipaksakan, film ini seolah sama sekali tak berupaya mengolah segala plot point di atas, membiarkannya tersaji mentah sepanjang durasi tanpa ada tindak lanjut. Tumpukan. misteri tersebut jadi citra betapa Jangan Dengerin Sendiri ingin terlihat pandai tapi tidak dibarengi kemampuan plus perjuangan memadahi.
Semua konflik sekedar pembuka jalan guna memunculkan penampakan demi penampakan yang nyatanya tak jauh beda dengan lebih banyak didominasi film horor bacin tanah air berisi desain hantu menggelikan hingga jump scare berisik minim kengerian. Akhir-akhir ini makin banyak horor Indonesia memakai CGI dalam pengemasan bentuk hantu  khususnya wajah  di mana Jangan Dengerin Sendiri termasuk salah satunya. Dikarenakan keterbatasan bujet serta kurangnya kreatifitas, alih-alih mengerikan, sang hantu justru seringkali menggelikan. Sampai di sini semestinya para horror filmmaker mulai introspeksi terhadap pemakaian CGI murahan kemudian mempertimbangkan pemaksimalan make-up atau practical effect. Bicara soal penampakan, kenapa pula sosok perempuan berpakaian hitam di poster muncul cuma sekali? Mungkinkah hanya sebagai bukti bahwa filmnya bisa memalsukan desain hantu Insidious dan The Woman in Black?

Menyia-nyiakan premis menarik, itulah kekurangan Jangan Dengerin Sendiri yang paling disayangkan. Dikemas begitu malas, di samping ketiadaan momen mencekam pula misteri asal masuk, titik puncak pun sekedar sambil lalu. Saya tidak heran andai banyak penonton berujar "gitu doang?" tatkala film berakhir. Akting jajaran cast pun tidak memberi nilai lebih entah akhir pengucapan obrolan kelewat datar atau pembawaan akting yang menciptakan seorang aksara terasa menyebalkan.  'Jangan Dengerin Sendiri' isn't the worst Indonesia horror of the year, but definitely not a better one either. Apakah masih sejauh ini cita-cita untuk menerima kepuasan menyaksikan suguhan horor hantu lokal? 


Ticket Powered by: Bookmyshow ID

Belum ada Komentar untuk "Jangan Dengerin Sendiri (2016)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel