Dirty Grandpa (2016)

Tentu anda sanggup menebak dagelan macam apa yang dipunyai film berjudul Dirty Grandpa bukan? Orang-orang di belakang komedi semacam ini punya persepsi bahwa tingkat inappropriate -semakin jorok dan ofensif- suatu dagelan berbanding lurus dengan kelucuannya. Secara otomatis, para pemeran dituntut bertingkah sebodoh mungkin, mempermalukan diri sendiri tanpa mempedulikan lagi reputasi. Menyedihkan memang, menyaksikan Robert De Niro dan Zac Efron terus menyia-nyiakan bakat mereka, tapi bila ingin mendapat kepuasan dari Dirty Grandpa, anda harus sanggup sejenak melupakan fakta tersebut. Setidaknya De Niro dan Efron tahu bagaimana cara tampil kurang cendekia tanpa harus terasa menyebalkan.

Richard Kelly (De Niro) yakni si kakek mesum dalam judulnya. Dia tengah berduka, alasannya yakni sang istri gres saja meninggal dunia, 40 tahun sesudah ijab kabul keduanya. Seusai program pemakaman, Richard meminta sang cucu, Jason (Zac Efron) mengantarkannya ke Boca Raton, Florida. Alasannya, alasannya yakni daerah itu merupakan destinasi rutin Richard dan sang istri untuk berlibur, dan ia ingin memberi penghormatan terakhir pada mendiang istrinya. Jason yang dulu sempat begitu bersahabat dengan sang kakek awalnya menolak alasannya yakni tengah disibukkan oleh pekerjaannya sebagai pengacara di firma milik sang ayah, David (Dermot Mulroney) sekaligus mempersiapkan pernikahannya dengan Meredith (Julianne Hough) seminggu lagi. Tapi balasannya petualangan dimulai, dan Jason terkejut mendapati kegilaan-kegilaan Richard sepanjang perjalanan.
Mudah ditebak segala bentuk kegilaan itu niscaya tidak jauh dari seks, alat kelamin dan perempuan seksi. Naskah garapan John M. Phillips berusaha keras menciptakan tingkah huruf Richard bertolak belakang sejauh mungkin dengan usianya. Sedari perjalanan belum dimulai, si kakek sudah kedapatan tengah bermasturbasi sambil menonton porno di rumah. Dia pun gemar "menusuk" pantat cucunya, kemudian memendan hasrat berafiliasi seks dengan Lenore (Aubrey Plaza), mahasiswi muda (dan slutty) yang mereka temui di sebuah cafe. Semua itu hanyalah puncak gunung es dari segala tingkah jorok Richard, dan seiring berjalannya waktu, Jason pun tidak ketinggalan melaksanakan hal serupa, sekaligus memberi kesempatan Zac Efron memamerkan otot-otot tubuhnya (lagi).

Sekali lagi, lucu atau tidaknya film ini amat bergantung pada kesanggupan anda menyaksikan aktor-aktor hebat mempermalukan reputasi mereka. Jika tidak, Dirty Grandpa tak ubahnya 102 menit penuh siksaan bagi otak dan perasaan, namun bila sanggup menerimanya, menonton tanpa membawa prasangka jelek sedikitpun akan filmnya, bersiaplah terkubur dalam gelak tawa pula keterkejutan menyenangkan. Faktor pembeda film ini dari "komedi mesum" kebanyakan yakni keberaniannya membawa kegilaan menuju tingkatan lebih tinggi. Richard isn't just your usual "dirty old man", he's like the dirtiest, nastiest, craziest grandpa ever. Sutradara Dan Mazer tidak menahan diri dalam memvisualkan tiap hal jorok filmnya sembari tetap memperhatikan timing. Cukup tersendat di awal, namun semakin jauh Richard dan Jason berjalan, semakin sinting perbuatan mereka, semakin lucu pula komedinya, yang mana berpuncak pada adegan "penis di muka Jason".
Like I said earlier,  Efron dan De Niro tahu bagaimana cara menggila tanpa terasa menyebalkan. Keduanya total mempermalukan diri sendiri, and it's a good thing. Melihat Efron menghirup kokain kemudian menari telanjang di tengah keramaian nyatanya yakni hiburan menyenangkan berkat totalitas sang aktor. Aubrey Plaza masih mengandalkan deadpan comedy miliknya, mencuri perhatian memerankan perempuan slutty seperti biasa. Sedangkan poin terbaik dalam penampilan De Niro terletak pada keseimbangan komedik dan dramatik. Sang pemeran legendaris yakni satu dari sedikit orang yang sanggup menghantarkan speech hangat sesudah beberapa menit sebelumnya bertingkah konyol. Ya, secara tidak mengejutkan film ini turut menyelipkan unsur drama pada ceritanya.

Drama itu terletak pada perjuangan Richard menyadarkan Jason guna menjalani hidup menurut kemauannya sendiri. Selama ini Richard memang berada di bawah kontrol sang ayah dan tunangannya, tak pernah tetapkan apapun sendiri apalagi melaksanakan hal yang membuatnya bahagia. Ditambah kemunculan sosok Shadia (Zoey Deutch), teman usang Jason semasa sekolah, kita tahu akan dikemas ibarat apa konklusi aspek drama tersebut. Naskahnya tidak memberi eksplorasi mendalam dan sejatinya pointless. Dirty Granda menjadi satu lagi bentuk menyalahartikan "kebebasan" dengan "kebodohan seenaknya". Tapi kembali lagi, apabila anda berhasil terhibur, tertawa lepas oleh humornya, besar kemungkinan anda akan berakhir mendukung Jason. 


Ticket Powered by: Bookmyshow ID

Belum ada Komentar untuk "Dirty Grandpa (2016)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel